Mohon tunggu...
Leo Imannuel
Leo Imannuel Mohon Tunggu... -

Memberanikan diri menulis, daripada stress menggumpal di hati mending dituangkan ke dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ahok

2 Oktober 2014   00:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:44 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ahok yang tegas, lugas, sering berkata keras, terkadang terkesan kasar terhadap pejabat, politikus partai, wakil rakyat, preman atau siapapun juga yang melanggar konstitusi. Namun mengapa semakin dicinta rakyat?

Sebaliknya pejabat semacam Udar Pristono, politikus partai seperti Fadli Zon, wakil rakyat seperti Hj. Lulung, atau yang cuma menumpang tenar seperti Farhat Abbas, alih-alih mmendapat simpati rakyat atau terkenal malah membuat mereka semakin tidak populer di mata dan hati rakyat. Mengapa Ahok sepertinya tak terhentikan? Mengapa semakin galak Ahok semakin populer dia?

Saya mencoba mereka-reka dan mencoba menelaahnya. Menurut saya Ahok menjadi semakin terkenal dan dicinta rakyat karena:

1. Rakyat merasa terwakilkan melalui Ahok.

Sebenarnya rakyat sudah geram dan marah dengan kelakuan pejabat, politisi maupun anggota dewan atau setiap orang atau elemen masyarakat yang merasa memiliki kekuasaan sehingga merasa kebal hukum sehingga berani bertindak semaunya.

Para pejabat yang bergaya hidup “wah” dan memamerkannya di depan mata rakyat melalui mobil-mobil mewah yang mereka miliki, dan dengan sombongnya memenuhi parkiran kantor DPR maupun DPRD, meski standar gaji pejabat negara tak memungkinkan mereka memilikinya. Sementara rakyat hidup susah, infrastruktur banyak rusak, gedung-gedung sekolah banyak yang reot bahkan nyaris rubuh, biaya hidup semakin tak terkejar oleh penghasilan, untuk menyeberang sungai saja rakyat harus berubah menjadi seorang akrobater dengan berjalan di seutas kawat baja bekas jembatan yang sudah tahunan rusak. Sementara pejabat negara untuk rapat saja dianggarkan 18 trilyun. Dan yang terbaru adalah perampasan hak rakyat untuk memilih pemimpinnya secara langsung oleh pemerintah (Kementrian Dalam Negeri dan beberapa partai politik yang keok dalam pemilu tempo hari.

Namun, rakyat bisa apa? Paling banter ngomel di warung kopi, selebihnya? Ya diam saja. Pada akhirnya kan rakyat yang selalu jadi korban. Nah, kemunculan Ahok yang tegas dan lugas. Dengan berani memaki pejabat, walikota, camat, lurah, pegawai negeri, bahkan berani berseberangan dengan menteri sampai wakil rakyat, membuat rakyat merasa terwakilkan. Sebenarnya kalau bisa rakyatlah yang memaki-maki mereka, namun kini terwakilkan oleh Ahok. Beban kemarahan di hati pecah sudah, merasa puas karena terwakilkan oleh Ahok. Ahok adalah the voice of the voiceless. Semua uneg-uneg, obrolan dan makian level warung kopi di bawa oleh Ahok ke level balai kota bahkan ke level nasional. Bahasa yang digunakan oleh Ahok bukanlah bahasa pejabat, itu bahasa rakyat kecil. Semua kegemasan rakyat yang selama ini mandeg di hati tersalurkan melalui Ahok. Dengan cepat rakyat mengidentifikasikan dirinya dengan Ahok, dengan demikian rakyat merasa terwakilkan dan akan semakin mengagumi dan mencintainya.

2. Ahok itu orisinil

Rakyat sudah lelah menghadapi pejabat, politisi partai atau anggota dewan dengan bahasa yang halus namun bercabang, ujung-ujungnya duit dan tetap saja kesejahteraan rakyat hanya mimpi di siang bolong.

Sementara Ahok tampil berbeda. Tidak ada bahasa halus tapi bercabang, malah keras dan tembak langsung. Pejabat mana yang menggunakan istilah tak baku semacam "lu" "gua" "pistol" "enggak takut ditembak" "enggak takut mati" "Gua lawan sampe mati" dan lain lain. Sesuatu seperti ini bukan buatan. Ini orisinal. Rakyat melihat sebuah kejujuran. Seorang pemimpin yang tampil apa adanya yang memberikan seratus persen dari apa yang dia miliki kepada rakyat. Dibalik kekerasan, keberanian bahkan kekasarannya rakyat melihat ketulusan dan kejujuran Ahok.

Mana ada sepanjang sejarah di Indonesia ada pejabat yang berani nantang untuk mengaudit hartanya melalui pembuktian terbalik, termasuk melalui besaran pajak yang mereka bayarkan. Mengapa Ahok berani? Karena dia sudah melakukannya jauh hari sebelum menjadi wagub (sekarang gubernur). Dengan gaji resmi seorang anggota dewan, manalah cukup uang untuk membeli mobil sekelas Lamborghini, atau tengoklah parkiran gedung DPR RI, bak pameran mobil mewah di sana. Tanpa bermaksud menuduh, namun para pejabat atau wakil rakyat beranikah seperti Ahok meminta KPK untuk mengaudit harta kekayaannya?

3. Ahok melakukan apa yang dia katakan

Sejujur atau seorisinil apapun seseorang tampil di depan rakyat namun tanpa keteladanan maka semuanya nol besar. Semua pejabat mengatakan pro rakyat, berjuang buat rakyat, mengabdi buat rakyat. Namun, mengapa mereka tega-teganya merebut hak pemilik asli negeri ini untuk memilih pemimpinnya?

Ahok berani berkoar menantang pejabat untuk diaudit hartanya, karena dia sudah melakukannya terlebih dahulu. Ahok anti money politic karena dia naik jadi pejabat hanya dengan modal jual kartu nama, dia berani keluar dari partainya hanya karena partainya sudah tidak lagi memperjuangkan demokrasi kerakyatan. Mana ada pejabat berani melakukan hal ini.

Jika apa yang dilakukan Ahok semata hanyalah sebuah bentuk pencitraan kosong tentunya tidak akan bertahan lama, namun apa yang dilakukannya sudah lama, sejak masih di Belitung, sejak masih belum terkenal dan sarat dengan rintangan berbau SARA. Jika sudah bertahun-tahun begini masih sama berarti bukan lagi sekedar pencitraan, namun sudah menjadi sebuah gaya hidup. Ahok ya begitu. Jadinya balik ke point no.2 di atas.

4. Ahok menunjukkan apa yang salah dan merubahnya

Rakyat selama ini tahu bahwa sesuatu yang salah sedang terjadi di negeri ini, namun apa? Rakyat hanya bisa menduga-duganya, Ahok menunjukan apa yang salah dan memperbaikinya. Mengapa selama pemerintahan Fauzi Bowo hanya terbangun 1 koridor Trans Jakarta, Ahok (bersama Jokowi) membereskannya sehingga kini jalur-jalur baru terbangun dan bis-bis karatan digantikan dengan bis-bis baru buatan Eropa.

Mengapa urusan kaki lima dan kemacetan di Tanah Abang tahunan tidak beres-beres? Tidak tahulah kenapa, tapi yang jelas sejak Ahok berkoar galak di media, kita semua tahu ternyata ada bekingnya dan tak lama Tanah Abang bebas dari kaki lima.

Mengapa Jakarta banjir? Salah satunya karena terjadi pendangkalan di waduk-waduk di seluruh Jakarta. Koq bisa? Iyalah, ada preman membangun pemukiman di sekitar waduk dan menyewakannya kepada warga. Ahok bereaksi keras dan kasar, kini terlihat keindahan beberapa waduk seperti di Pulo Mas dan Pluit. Sungai-sungai di keruk agar bertambah dalam sehingga bisa menampung debit air dalam jumlah besar. Meski Jakarta belum benar-benar bebas banjir, minimal usaha kea ah sana sudah dimulai.

Kemana penduduk di daerah kumuh tersebut digusur? Selama ini sih, digusur tanpa solusi. Namun, tidak demikian dengan Ahok (dan Jokowi) mereka disediakan rumah susun bersubsidi. Loh, dari dulu juga rumah susun itu ada. Nah, iya, masalahnya rumah susun itu dibangun pemerintah lalu dikuasai oleh oknum pejabat yang menyewakannya kepada warga dengan harga tinggi. Mereka inilah yang disikat sama Ahok.

Pernah, suatu kali perjumpaan dengan Ahok sebelum beliau dikawinkan dengan Jokowi, saya bertanya: “Jakarta itu seperti benang kusut, bingung mau ngeberesinnya dari mana dulu, nah, menurut Pak Ahok yang mana dulu?” Dengan cepat dan lugas beliau berkata: “Birokrasi yang pertamka-tama harus dibereskan!”

Pernah susah bikin KTP? Urusan sama Kelurahan dan Kecamatan yang susahnya minta ampun? Mondar mandir, bolak balik jawabannya sama: “Pak Lurah atau Pak Camat sedang keluar!” Pasti semua pernah. Sekarang tidak lagi. Coba-coba itu Lurah atau Camat bikin susah pelayanan publik tinggal sms Ahok, besoknya langsung diberesin tuh.

Seorang teman bercerita, ayahnya dipersulit oleh oknum kelurahan ketika mengurus sesuatu, teman saya ini langsung sms Ahok. Kira-kira tiga hari kemudian, giliran teman saya ini yang mau urus sesuatu ke kelurahan, langsung oknum kelurahan itu menegur dengan ramah dan tiba-tiba menjadi sangat helpful sekali. Sesuatu terjadi antara hari teman saya sms Ahok sampai teman saya ini datang ke kelurahan.

Pernah mengalami lampu jalan mati, jalanan di depan rumah tahunan dibiarkan rusak dan menjadi kubangan? Dulu, sampai botak dan marah kita keadaan akan tetap sama. Kini cerita berbeda, tinggal sms maka dalam hitungan hari semua dibereskan.

Ahok memang kasar, nekat, dan agak-agak gila. Tapi kalo dipikir-pikir dengan kualitas pejabat pemda seperti Udar Pristono itu, pemimpin yang klemar-klemer dan doyan duit tidak akan pernah bisa bikin Jakarta beres. Jenis seperti oknum Kelurahan/Kecamatan memang tidak bisa ditegur halus, sudah kebal, mempannya memang harus dengan gaya Ahok yang keras. Jakarta Baru akan terwujud jika dipimpin orang segila Ahok. Karena memang cuma orang gila yang berani menolak kesempatan untuk memperkaya diri tujuh turunan, Cuma orang gila yang berani melawan kejahatan birokrasi Jakarta yang terkenal kejam, korup dan ndablek ini, bahkan gubernur yang mantan militerpun tidak bisa melakukannya. Cuma orang gila yang berani berdiri teguh di atas konstitusi dan berteriak saya setia kepada konstitusi dan bukan konstituen, padahal konstituenlah yang menjadikan mereka (Jokowi & Ahok) sebagai gubernur dan wakil gubernur.

Jangan-jangan jenis seperti Ahok inilah yang bisa bikin Indonesia jadi beres………

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun