Mohon tunggu...
Eka Hendra Jatnika
Eka Hendra Jatnika Mohon Tunggu... Guru - Ust. Edu

Penulis, Trainer, Konsultan WA 085767136799

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Seri Kisah Nabi ke-10] Bahtera: Wadah Pelindung dan Penyelamat Umat

15 Maret 2017   09:56 Diperbarui: 15 Maret 2017   10:14 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu”. (Q.S. Yunus/10: 73).

Di tengah masyarakat yang memprioritaskan logika, Allah memerintahkan Nabi Nuh membuat bahtera. Ya, bahtera yang dibuat di tengah gurun pasir panas nan gersang. Konfrontasi pertama yang Allah berikan untuk tujuan yang besar. Pertarungan antara logika melawan wahyu-Nya. Manakah pemenangnya?

Padang pasir adalah tanah gersang sepi kehidupan. Hanya hewan dan tumbuhan tertentu yang bisa bertahan di sana. Air menjadi barang paling berharga saking langkanya. Namun Allah perintahkan kepada Nabi Nuh dan sahabatnya untuk membuat bahtera di sana. Wow, program “gila” kata mereka. Maka risalah Nabi Nuh pun menjadi bahan cemoohan yang tiada terkira.

Tahun terus berganti, tidak ada alamat pertanda air akan kunjung tiba. Umat Nabi Nuh (yang telah menghinakan Nabi-Nya) semakin leluasa berbuat durhaka. Mereka merasa telah menang telak. Wahyu (yang telah Nabi Nuh ajarkan) mereka tempatkan di titik paling bawah. Logika (mereka) lah yang menjadi penguasanya.

Allah membimbing Nabi Nuh dalam pembuatan bahtera. Nabi Nuh dan para sahabat fokus menjalankan (tahapan) pembuatan bahtera yang Allah ajarkan. Sampai tibalah masa Allah memerintahkan kepada langit dan bumi mengeluarkan isi (air) nya. Dan Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk memasukkan binatang (berpasangan) ke dalam (bahtera) nya.

Padang pasir yang gersang kini dipenuhi air. Kian lama kian bertambah banyak. Bahtera mulai terangkat. Pertanda azab sudah hadir di depan mata. Bukannya mereka bersegera menuju bahtera, malah berspekulasi mencari  tempat (yang memungkinkan bisa mereka jadikan) perlindungan. Puncak gunung pun menjadi pilihan.

Rasa gengsi menyebabkan mereka semakin jauh dari bahtera. Dan di saat air sudah mencapai puncak, maka tamatlah riwayat mereka. Hanya Nabi Nuh dan para sahabatnya yang selamat dalam lindungan bahtera yang mereka buat sesuai petunjuk-Nya.

Sepenggal hikmah

Tentunya kita tahu bahwa air hanyalah benda yang akan mengalir dan berubah bentuk mengikuti ruang yang ditempatinya. Tidak pernah ada cerita air yang keluar (bertolak-belakang) dari apa yang telah Allah tetapkan padanya. Begitu pun dengan cerita kehidupan kita.

Allah telah menetapkan sifat dunia beserta dinamikanya. Dan Allah telah memberikan kedudukan manusia sebagai pengurus dan pengelolanya. Maka berikutnya manusia akan dihadapkan kepada dua pilihan hidup, apakah akan mengelola dunia dengan logika  ataukah dengan wahyu-Nya?

Allah (sebagai Sang Pencipta) Maha Mengetahui terhadap ciptaan-Nya. Dan Allah memiliki hak serta maksud terhadap semua ciptaan-Nya. Agar semua ciptaan-Nya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki, maka Allah pun menurunkan petunjuk-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun