Di jaman sekarang ini, ketulusan ibarat barang langka, yang sangat mahal. Bila dicari di manapun hanya satu dua orang yang ditemui memiliki ketulusan hati.
Keyakinan dan keimanan yang penuh menerangi tingkah laku, sifat tulus itu anugerah.
Pengalaman manusia lain yang buruk atau baik selalu menjadi cerminan untuk instrospeksi, dalam pandangan manusia yang tulus dan yang peduli akan berbaur dengan aura kebaikan hatinya. Menerjemahkan tulisan Ilahi bahwa siapa yang baik hatinya baik pula segala pikiran dan tutur sapanya.
Misalkan bila memasuki toilet umum, orang yang tulus tidak akan mencemari tempat yang memang untuk membuang kotoran, tidak ada yang melihat, tertapi selalu dibersihkan setelah dipakainya.
Tulus ini pun ibarat mau hujan ada awan mendung sebagai tandanya. Tulus itu dorongan dari hati sanubari untuk berperilaku mulia berbudi seiring hati nurani. Akan terpancar seperti cahaya berlapis cahaya dari seri wajah dan seri kata-kata yang murni dengan sekelilingnya.
Dimana kita dapat menemui ketulusan itu, tentu jawabannya bukan berjenggot, bukan yang ada tanda hitam di dahi, bukan yang pakai jilbab panjang, bukan. Tetapi ketulusan itu cari di dalam hati kita masing-masing. Semoga masih ada di sana.