"Tentu boleh Pak Marsin, asal jarang-jarang saja."
Seketika tawa pun pecah.
***
Sebenarnya, Haji Luthfi memberikan uang pelicin kepada seseoranag sehingga Sarjana diterima bekerja di kantor dinas pendidikan sebagai tenaga honorer atau tenaga sukarela.   Tentu saja uang yang dikeluarkannya tidak seberapa dibandingkan dengan uang yang diterimanya dari  orang tua Sarjana. Sarjana tidak menyadari hal itu.
Setiap hari Sarjana berangkat kerja dengan sepeda motor ke kantor dinas pendidikan provinsi. Jarak enam puluh kilo ditempuhnya hampir dua jam. Melelahkan juga perjalanannya. Sekali-sekali akibat hambatan dalam perjalanan dia terlambat tiba di kantor. Beruntung atasannya memaklumi. Meskipun jarak tempuhnya cukup jauh, tapi dia belum berencana untuk menyewa rumah kontrakan yang dekat dengan kantornya.
Bulan terus berganti. Tibalah saat tes CPNS bidang kependidikan, dilaksanakan serempak. Prosedur resmi ditempuh oleh Sarjana, sama dengan peserta lainnya. Besar harapan dan keyakinan Sarjana akan lolos seleksi tersebut. Sementara itu Haji Luthfi banyak memberikan dukungan semangat melalui pesan singkat (SMS). Beliau juga meminta nomor tes Sarjana yang katanya untuk diberikan kepada sahabatnya yang menjadi panitia seleksi.
Sambil menantikan pengumuman hasil seleksi Sarjana masih bekerja seperti biasa. Haji Luthfi masih memberikan dukungan moral agar Sarjana tetap semangat dan giat bekerja serta taat kepada atasan. Keberhasilan lulus seleksi CPNS terbayang di depan mata. Sarjana kian bangga karena sebentar lagi namanya akan tercantum sebagai peserta yang lulus seleksi CPNS.
***
Saat yang dinanti-nanti tiba. Pagi-pagi benar Sarjana mendatangi kios yang biasa menjual koran. Kabarnya, pagi itu dimuat pengumuman hasil seleksi CPNS. Sebuah koran lokal diperolehnya. Dia hanya ingin memastikan bahwa namanya tertera dalam pengumuman itu. Sepintas dibukanya dan tampak judul besar pengumuman. Koran pun segera dilipat dan dimasukkan ke tas. Dia akan membacanya di tempat yang tenang agar bisa melihat nama teman-temannya yang juga diusahakan oleh Haji Luthfi. Selanjutnya, dia tancap gas.
Tiba di kantor, tak seorang pun rekannya mengucapkan selamat. Dia heran. Ucapan selamat justru ditujukan kepada dua rekan lain yang telah bekerja hampir enam tahun.
"Pak Sarjana, tetaplah semangat. Masih ada kesempatan untuk berkompetisi." Pak Sobari, atasannya, berempati.