"Insya Allah lulus. Sekarang tinggal belajar dan berdoa dengan sunguh-sungguh!" tegas Haji Luthfi.
"Maaf Pak Haji," sela Ahmad Kasmadi penuh takzim untuk meyakinkan bapak mertuanya, "maaf ini yah seandainya, maaf yah, seandainya tidak lulus?"
"Kan sudah saya bilang, kerja honorernya bisa diperpanjang dan uang bisa kembali. Sudah saya tulis di kuitansi itu. Percayalah kepada saya, sudah banyak orang yang saya bantu, semuanya berhasil."
Berselang sepekan Sarjana mendapat surat berkop dinas pendidikan provinsi  berisi panggilan kerja, menyusul pakaian seragam dinas yang diberikan Haji Luthfi melalui Ahmad Kasmadi. Dia senang bukan main, seolah keberhasilan telah barada dalam genggaman. Dia bangga menjadi bagian dari aparatur negara.
 "Saya berdinas di bagian kesekretariatan. Pak Marsin kalau mau jadi PNS nanti bisa melalui saya."
"Maksud Pak Sarjana?"
"Kalau melalui saya, mudah-mudahan uang pelicinnya bisa lebih terjangkau, juga hitung-hitung bapak bantu saya mendapatkan penghasilan tambahan."
"O begitu. Pak Sarjana resmi jadi PNS-nya kira-kira kapan?"
"Sebentar lagi. Beberapa bulan lagi ada seleksi, tes, lulus, terus jadi CPNS setahun, lalu turun SK seratus persen. Jadilah."
"Maaf, Pak Sarjana yakin bakal lulus?"
"Lo, kok Pak Marsin ngomong begitu. Saya kan sudah setor uang segepok. Kalau ada uang, urusan pasti beres Pak."