Mohon tunggu...
Yus Mei Sawitri
Yus Mei Sawitri Mohon Tunggu... -

Suka membaca dan menulis sejak kecil....Hobi jalan-jalan, nongkrongin toko buku dan nonton sepak bola...:)\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ayo Bikin Klub Buku

23 Februari 2011   05:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:21 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada angan-angan yang saat ini belum juga terealisasi. Sederhana sih, cuma mau bikin klub buku. Saya sempat bertanya kesana kemari apakah di Solo ada klub buku seperti yang saya maksudkan. Seorang teman memberi tahu dulu pernah ada book club bernama Bumi Manusia. Bisa ditebak komunitas ini berisi para penggemar karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Tapi katanya klub ini juga sudah tidak beraktivitas lagi. Di Solo sepertinya memang belum ada klub seperti ini. Setahu saya Kota yang sudah ramai dengan klub buku adalah Bandung. Salah satu yang terkenal adalah klub buku milik Tobucil (Toko Buku Kecil). Mereka berkumpul atas dasar kesamaan minat. Dulu, katanya ketika Tobucil masih di kawasan H Juanda, lorong-lorong toko disulap jadi arena diskusi. Berdasarkan info yang saya kumpulkan dari hasil googling, ketika awal didirikan pada 2001, dijuluki Pasar Buku Bandung. Beberapa bulan berselang berubah nama menjadi Tobucil dan Kelab Baca Bandung. Keanggotaan mereka sangat terbuka, mulai dari anak-anak sampai orang lanjut usia. Kegiatannya pun bermacam-macam, terutama diskusi rutin membahas sebuah buku. Katanya, jenis bukunya bisa apa saja, mulai yang bikin kening berkerut sampai yang super ringan. Hebatnya, berawal dari klub baca, kemudian melebar ke bidang-bidang lain. Misalnya klub menulis dan klub dongeng anak.  Saya kurang tahu bagaimana kondisi Tobucil saat ini. Tapi, yang jelas saya jadi mupeng berat untuk membikin klub buku juga di Solo. Ide tersebut sudah saya lontarkan kepada beberapa teman yang punya hobi membaca. Mereka menyambut antusias.  Sempat juga janjian ketemu untuk mematangkan konsep ini. Tapi rencana tinggal rencana. Gara-gara kesibukan masing-masing, rencana itu pun terbengkalai. Mau ngumpul aja susahnya minta ampun. Maklum hari libur kerjanya beda-beda. Misalnya saya yang liburnya tiap hari kamis, jelas nggak nyambung dong dengan beberapa teman yang liburnya Sabtu dan Minggu...hehehe Tapi keinginan itu belum padam. Saya tidak mau langsung berangan muluk-muluk. Cukup dimulai dengan komunitas kecil, namun kegiatannya aktif. Komunitas ini pondasinya dari kesamaan minat, yaitu membaca. Kegiatan bisa diawali dengan diskusi buku, misalnya sebulan sekali. Seperti di Tobucil, buku yang dibahas bisa apa saja. Mulai novel, buku politik, sejarah atau komik juga tidak masalah. Siapa saja boleh gabung, asal sudah atau punya keinginan untuk membaca buku. Diskusi bisa dilakukan di ruang-ruang publik. Di Solo ada beberapa tempat yang cocok, seperti kawasan Ngarsopuro atau di Taman Balekambang. Alangkah asiknya berkumpul membahas buku di tengah rindangnya pepohonan hijau di Balekambang. Apalagi jika ditemani cemilan-cemilan yang nendang di lidah...hehehe Perlahan jika forum diskusi buku sudah berjalan aktif, kegiatannya bisa diperlebar. Misalnya mengadakan acara bedah buku dan mendatangkan para penulis terkenal. Lebih jauh lagi, klub buku diharapkan bisa meningkatkan minat membaca buku di masyarakat. Saya juga berharap suatu saat nanti klub buku bisa mempelopori gerakan pendirian perpustakaan di daerah-daerah terpencil atau tertinggal. Saat ini, pemrakarsa klub baca mayoritas adalah toko buku. Ada juga yang diprakarsai perusahaan. Citibank misalnya, punya kegiatan peningkatan minat baca anak melalui program Citibank Peka beberapa tahun silam, bekerja sama dengan Yayasani Pustaka Kelana yang memiliki sejumlah lokasi baca di Jakarta. Begitu juga stasiun televisi RCTI bekerja sama dengan jaringan rumah makan Hoka Hoka Bento menyelenggarakan Rumah Baca RCTI. Kegiatan ini telah tersebar di 14 daerah tertinggal di Jawa, Madura, dan Flores. Sayang di Solo sepertinya belum ada satu pun. Jika memang tidak ada toko buku atau perusahaan yang memprakarsai, tak ada salahnya diprakarsai oleh individu. Semakin banyak komunitas pecinta buku, tentu semakin bagus efeknya untuk kota tersebut. Dengan semakin tingginya minat baca, kualitas penduduk di kota tersebut otomatis juga meningkat. Tiba-tiba saya jadi ingat iklan pameran buku yang akan digelar di Solo awal Maret ini. Dalam iklannya mereka memilih tag line “Solo the spirit of book”. Rasanya tag line itu belum sepenuhnya pas. Tapi bisa diwujudkan jika memang ada usaha yang sungguh-sungguh dari pemerintah setempat dan masyarakat sendiri. Salah satunya dengan melecut sebanyak mungkin klub buku, taman bacaan dan perpustakaan publik. Makanya, ayo dong kita bikin klub buku!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun