Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suami dan Istri itu Pakaian yang Saling Menyelimuti

30 September 2025   13:43 Diperbarui: 30 September 2025   13:43 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suami-istri bagaikan pakaian / Sumber: suara mubalighoh

Sejak masa purba, pakaian melindungi tubuh dari sengatan dingin dan teriknya matahari. Ia adalah perisai dari gigitan serangga atau ancaman luar yang menyakiti. Maka begitulah suami-istri seharusnya, menjadi pelindung bagi satu sama lain, terutama ketika badai kehidupan datang menghantam.

Tak ada manusia yang sempurna. Suami memiliki celah, istri pun punya kelemahan. Justru di situlah rahasia cinta, dua jiwa yang sama-sama rapuh dipertemukan agar bisa saling menguatkan. Bukan untuk merendahkan atau menegasikan, melainkan untuk menegakkan peran masing-masing, agar keduanya tak pernah merasa sendiri dalam perjalanan hidup.

Rasa Nyaman, Hangat dalam Pelukan

Apa jadinya bila pakaian yang kita kenakan terasa sempit, kasar, atau menusuk kulit? Tubuh pasti tersiksa. Begitu pula dengan rumah tangga. Suami dan istri harus menjadi pakaian yang nyaman bagi jiwa masing-masing.

Kenyamanan itu lahir dari komunikasi yang penuh pengertian. Bukan ucapan yang menakutkan, bukan nada yang mencekam, melainkan kata-kata yang menghadirkan kelegaan. Percakapan sederhana, yang mungkin terdengar sepele, bisa menjadi ruang aman tempat hati berteduh.

Indah Dipandang, Menjaga Martabat

Pakaian juga menghadirkan keindahan. Ia membuat tubuh terlihat pantas di hadapan orang lain. Begitu pula pasangan hidup: ia harus mampu menjaga akhlak dan sikapnya, sehingga kehadirannya menjadi cermin yang memuliakan pasangan.

Seorang istri yang introvert misalnya, tetap berusaha menyesuaikan diri ketika harus hadir di acara bersama suaminya. Begitu pula seorang suami, ia menjaga perilaku agar tak menorehkan malu bagi pasangannya. Keindahan ini bukan sekadar rupa luar, melainkan pancaran akhlak yang membuat hati tenteram.

Demikianlah hikmah agung dari sebuah perumpamaan sederhana: pakaian. Ia bukan sekadar kain yang menempel pada tubuh, melainkan lambang cinta, penjaga rahasia, pelindung jiwa, sumber kenyamanan, dan perhiasan yang memuliakan.

Maka, semoga kita semua mampu menjadi pakaian terbaik bagi pasangan kita. Pakaian yang menutupi, melindungi, menghangatkan, menenteramkan, dan memperindah. Sebab pada akhirnya, cinta bukanlah tentang saling memiliki, melainkan tentang saling menjaga.

Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun