Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kunci Harmonis Suami-Istri: Dekati Allah

3 Juni 2025   14:04 Diperbarui: 3 Juni 2025   14:04 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2024, di Indonesia terjadi 394.608 kasus perceraian. Penyebab percerian terbanyak adalah perselisihan dan pertengkaran terus-menerus, mencapai 61,7% dari total kasus. Faktor ekonomi menyusul di posisi kedua, disusul fenomena modern seperti "ghosting", yakni meninggalkan pasangan tanpa kabar, yang mencatat 8,4% penyebab perceraian. Meski angka ini menurun dibanding tahun sebelumnya, tetap menjadi alarm sosial yang memprihatinkan.

Perselisihan atau pertengkaran menjadi penyebab terbanyak setidaknya ini menunjukkan kurang atau tidak adanya kedekatan antara suami dan istri.

Hari ini, saya menemukan sebuah gambar yang menarik di sebuah media sosial. Gambar yang dapat Anda lihat di atas. Gambar sebuah segitiga dengan nama di dalamnya: Allah, suami, dan istri.

Gambar segitiga sederhana yang memperlihatkan relasi antara suami, istri, dan Allah tersebut mungkin bisa menjadi Solusi untuk problem relasi suami dan istri. Problem relasi yang menjadi penyebab perceraian terbanyak.

Dalam ilustrasi tersebut, suami dan istri digambarkan berada di dua sisi bawah segitiga, sementara Allah berada di puncaknya. Semakin keduanya mendekat kepada Allah, maka otomatis mereka pun semakin mendekat satu sama lain. Sebaliknya, saat masing-masing menjauh dari Allah, hubungan keduanya pun makin renggang dan jauh.

Pesan ini sangat relevan dengan data BPS di atas. Banyak pasangan yang terjebak pada urusan dunia semata, finansial, karier, gaya hidup, hingga gengsi sosial. Padahal, rumah tangga bukan hanya soal berbagi atap, tapi tentang membangun pondasi spiritual bersama. Ketika Allah dijadikan poros utama, maka setiap konflik tak akan jadi alasan untuk menjauh, tapi justru menjadi jalan untuk lebih memahami, memaafkan, dan memperbaiki diri.

Mendekat kepada Allah bukan hanya soal ibadah formal seperti salat dan puasa, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai ilahi itu hadir dalam keseharian rumah tangga. Kejujuran, kesabaran, kasih sayang, saling menghargai, dan pengendalian diri adalah manifestasi nyata dari keimanan.

Seorang suami yang takut kepada Allah tak akan ringan tangan atau kasar dalam bicara. Seorang istri yang menjadikan Allah sebagai pusat cintanya, tak akan membalas dengan amarah ketika menghadapi kekurangan pasangannya.

Rumah tangga ibarat perjalanan mendaki. Jika suami dan istri sama-sama naik menuju Allah, mereka akan saling mendekat. Namun jika salah satunya diam, atau bahkan turun, maka jarak emosional pun semakin melebar. Inilah mengapa spiritualitas menjadi kunci harmoni. Ia bukan aksesori, tapi fondasi.

Perceraian bisa saja tetap terjadi, bahkan dalam rumah tangga yang religius. Tapi setidaknya, dengan mendekat pada Allah, setiap masalah dihadapi bukan dengan emosi semata, melainkan dengan kesadaran akan tanggung jawab, hikmah, dan niat memperbaiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun