Dari dua peran tersebut, kita bisa membayangkan sosok seperti apa Faradj Martak ini. Tentunya beliau bukan hanya seorang saudagar. Tetapi juga tokoh politik yang peduli pada negara dan rakyat Indonesia.
Sehingga tidak mengherankan kalau kemudian ada yang mengusulkan beliau, yang keturunan Hadramaut, Yaman, untuk menjadi pahlawan nasional.
Diberitakan di media online republik merdeka, Koordinator Forum Rakyat dan Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak) Lieus Sungkharisma mengusulkan agar pemerintah Indonesia menganugerahi Bintang Mahaputra dan mengangkat Faradj bin Said bin Awadh Martak menjadi pahlawan nasional. Usulan itu muncul setelah Lieus melihat bahwa sampai saat ini pengorbanan Faradj Martak belum mendapat penghargaan yang pantas dari pemerintah Indonesia.
Dari sumber yang sama disebutkan juga bahwa selain menghibahkan rumahnya di Peganggsaan Timur nomor 56, Faradj Martak juga menghibahkan sejumlah gedung dan lahan milknya untuk negara. Salah satunya adalah lahan yang kini di atasnya berdiri Masjid Istiqlal.
JAS MERAH. Jangan melupakan sejarah. Demikian kata Presiden Soekarno. Tentunya bukan hanya melupakan sejarah mainstream, sejarah besar yang selalu dibicarakan, tetapi juga jangan melupakan sejarah-sejarah 'kecil'.
Melupakan atau meremehkan peristiwa kecil yang menjadi 'penunjang' sejarah besar adalah sebuah kesalahan. Bahkan tidak berlebihan kalau disebut sebagai history error.
#uripwid
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H