Mohon tunggu...
Mr. Hidayat
Mr. Hidayat Mohon Tunggu... Guru, penulis, dan pemikir

*📚 Moh. Urip Hidayat: Guru Bahasa Inggris dengan WiFi sebagai Lautannya 🌊* Di kelas, Moh. Urip Hidayat adalah seorang *kapten bahasa Inggris* yang membawa murid-muridnya berlayar melintasi samudra kata-kata, tenses, dan idiom-idiom unik. Namun, begitu bel pulang berbunyi, ia menjelma menjadi *peselancar digital*, meluncur bebas di ombak informasi internet, dari artikel edukatif hingga meme receh yang bikin ngakak. 😆 Dengan semangat seorang penjelajah, Pak Hidayat bukan hanya mengajarkan bahasa, tetapi juga bagaimana menaklukkan dunia dengan kata-kata. Baginya, grammar itu penting, tapi *humor dalam belajar lebih penting lagi*. Karena, apa gunanya bisa perfect tense kalau hidupnya selalu tegang? 😜 Jadi, kalau butuh guru yang bisa bikin belajar bahasa Inggris lebih asyik, interaktif, dan kadang diselingi joke khas bapak-bapak, Pak Hidayat adalah jawabannya. *Belajar boleh serius, tapi jangan lupa bahagia!* 🎉 Mengajar bahasa Inggris di SMPN 239, motivation and inspirational enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenapa Banyak Anak Salah Jurusan? Karena Tidak Punya Rencana Strategis Sejak Dini

4 Juni 2025   08:00 Diperbarui: 5 Juni 2025   07:09 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Perencanaan masa depan anak sejak jenjang pendidikan menengah menjadi fondasi penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. Menurut Bronfenbrenner (1979), lingkungan pendidikan dan keluarga memiliki peran sentral dalam membentuk arah perkembangan individu. Dalam konteks ini, pilihan jalur pendidikan di SMA/SMK serta perencanaan lanjutan ke perguruan tinggi atau dunia kerja harus mempertimbangkan minat, bakat, dan dinamika perkembangan anak.

Sayangnya, masih banyak perencanaan yang bersifat sepihak, di mana orang tua mendikte pilihan anak tanpa pertimbangan potensi. Hal ini berpotensi menyebabkan disorientasi pendidikan dan penurunan motivasi belajar. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan strategis dan integratif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam menyusun rencana masa depan anak.

Menurut Ginzberg (1951), perencanaan karier anak berlangsung melalui tiga tahapan: fantasi (sampai usia 11), tentatif (usia 11--17), dan realistis (usia 17 ke atas). Super (1990) menekankan pentingnya eksplorasi dan pemantapan pilihan karier sedini mungkin untuk membentuk kesiapan kerja yang optimal. Howard Gardner (1983), melalui teori kecerdasan majemuk, menjelaskan bahwa setiap anak memiliki potensi unik yang dapat diasah sesuai dengan jenis kecerdasannya, baik itu linguistik, logis-matematis, musikal, interpersonal, maupun kinestetik. Maka dari itu, perencanaan pendidikan yang berbasis bakat dan minat sangat disarankan.

Strategi perencanaan masa depan anak yang efektif dapat dibagi dalam lima tahap utama:

Tahap 1: Identifikasi Diri dan Pemilihan Jalur (Usia 15--16 tahun / Kelas 10)
Tujuan: Mengenali minat, bakat, dan gaya belajar pribadi.
Langkah-langkah:

Tes minat bakat dan diskusi dengan guru BK/orang tua.

Observasi hobi, pelajaran yang disukai, aktivitas yang dinikmati.

Diskusi terbuka anak--orang tua untuk pemilihan jurusan.

Menentukan target jangka panjang: kuliah, kerja, atau wirausaha.
Output:

Jurusan SMA/SMK sesuai minat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun