Nihel adalah kakak perempuan yang penuh perhatian, Baiq adalah adik kecilnya yang berusia tujuh tahun, sementara Ibu dan Bapak selalu sibuk memastikan semuanya berjalan lancar di bulan suci ini.
Sejak pagi, Baiq sudah bersemangat menyambut puasa. Ia ikut sahur bersama keluarga, duduk di samping Nihel dengan mata yang masih setengah tertutup. Tangannya sibuk mengambil lauk seenaknya, sementara kepalanya kadang terjatuh karena kantuk.
"Baiq, jangan ambil ayam terlalu banyak. Kakak juga mau," protes Nihel sambil mengambil sepotong.
Baiq hanya menyeringai. "Kan aku masih kecil, butuh tenaga lebih."
"Justru karena masih kecil, puasamu setengah hari aja dulu," kata Ibu sambil menuangkan teh hangat.
Baiq menggeleng cepat. "Aku mau puasa penuh kayak Kak Nihel!"
"Baiklah, tapi jangan mengeluh nanti," ujar Bapak dengan senyum.
Hari itu berjalan lancar. Baiq sibuk bermain, menggambar, dan membaca buku cerita. Tetapi, menjelang siang, wajahnya mulai berubah. Ia sering menatap jam, berharap waktu berbuka bisa dipercepat.
"Kak Nihel, puasanya udah berapa lama?" tanyanya sambil memegangi perutnya.
"Baru lima jam, Baiq. Masih lama sampai magrib," jawab Nihel sambil tersenyum jahil.
"Lima jam? Rasanya kayak lima hari!" Baiq meringis.