BANDA ACEH.COM - Rentetan kasus keracunan yang menimpa para siswa akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah Indonesia menegaskan perlunya pengawasan ketat dalam sistem distribusi makanan berskala besar.Â
Peristiwa ini menunjukkan bahwa keamanan pangan tidak hanya bergantung pada kualitas bahan baku, tetapi juga pada detail teknis seperti suhu penyajian, kebersihan peralatan, dan sanitasi dapur, yang seluruhnya berperan penting dalam mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Akademisi Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Dr. Basri Aramico, SKM., MPH., menekankan bahwa Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan akibat konsumsi makanan bergizi gratis merupakan peringatan serius akan pentingnya pengawasan menyeluruh pada seluruh rantai penyediaan pangan, mulai dari pemilihan bahan baku, proses pengolahan, hingga distribusi akhir.Â
"Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan standar higienitas--sanitasi adalah kunci utama untuk menjamin keamanan pangan. Setiap tahap, termasuk pemilihan menu, pengendalian suhu, kelayakan wadah, hingga kebersihan tenaga pengolah, harus diawasi secara ketat untuk mencegah kontaminasi bakteriologis seperti Escherichia coli dan Salmonella," tegas Dr. Basri Aramico dalam keterangannya, Senin, 29 September 2025.
Lebih lanjut, ia menekankan perlunya optimalisasi peran pemerintah melalui Dinas Kesehatan, puskesmas, dan tim sanitarian  utk mengawasi higiene dan sanitasi makanan. Pengawasan tidak hanya dilakukan secara rutin, tetapi juga melalui peningkatan jumlah tenaga pengawas dan ahli gizi agar standar keamanan pangan dapat terpenuhi secara konsisten.
"Mengingat skala produksi makanan yang besar, strategi tambahan seperti penambahan satuan penyedia pangan (SPPG), pembagian proses produksi, atau penyesuaian jadwal penyajian sangat diperlukan agar jarak waktu antara produksi dan konsumsi tidak terlalu panjang," tambahnya.
Dr. Basri menilai bahwa pencegahan kasus serupa memerlukan pendekatan yg komprehensif, penerapan GMP secara konsisten, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Langkah-langkah tersebut menjadi fondasi penting untuk memastikan keamanan pangan yang berkelanjutan dan layak dikonsumsi masyarakat.
Kasus keracunan pada program MBG seharusnya menjadi pembelajaran kolektif bahwa keamanan pangan bukan semata urusan dapur, melainkan tanggung jawab bersama seluruh pemangku kepentingan---mulai dari pemerintah, penyedia layanan, hingga masyarakat---terutama dalam kegiatan publik yang melibatkan konsumsi massal. (Humas)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI