Pernahkah kita bertanya, kenapa ada produk yang langsung dicintai pelanggan, sementara produk lain sepi peminat meski promosinya besar-besaran? Jawabannya sering kali ada pada satu hal: seberapa dalam kita memahami kebutuhan pelanggan.
Hal inilah yang dibahas dalam perkuliahan Business Innovation di Magister Manajemen dan Kewirausahaan (MMKwu) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) bersama Dr. Yunita Anggraini, M.Si. Topiknya adalah Value Proposition Canvas (VPC), sebuah alat yang membantu pelaku usaha merancang produk dan layanan dengan lebih terarah.
Menurut Dr. Yunita, Value Proposition bukan sekadar janji manis, melainkan inti strategi bisnis yang menentukan kenapa konsumen memilih satu merek dibandingkan merek lain.
“Kalau tidak bisa memberi nilai nyata pada pelanggan, produk kita mudah dilupakan,” ujarnya.
VPC sendiri terdiri dari tiga elemen penting:
Customer Profile, yang mengurai pekerjaan, harapan, dan masalah pelanggan.
Value Map, yang menjelaskan bagaimana produk atau layanan kita bisa menjadi solusi, baik sebagai pain relievers (pereda masalah) maupun gain creators (pencipta manfaat).
Fit, ketika tawaran nilai kita benar-benar nyambung dengan apa yang dibutuhkan pelanggan.
Contoh paling mudah bisa dilihat pada GoFood. Layanan ini hadir bukan hanya karena orang butuh makan, tapi juga karena pelanggan ingin kemudahan, kecepatan, bahkan kenyamanan emosional ketika bisa memesan makanan favorit dari rumah.
Dari situ terlihat, inovasi bisnis tidak melulu soal teknologi canggih, tapi tentang keberanian untuk mendengarkan pelanggan. Bagi mahasiswa UNIMMA, pelajaran ini bukan sekadar teori, melainkan bekal nyata untuk menyiapkan diri menjadi inovator bisnis yang mampu menjawab tantangan pasar. Bagi kita semua, ini pengingat bahwa dalam dunia usaha, nilai terbesar ada pada sejauh mana kita mampu memberi solusi atas “rasa sakit” dan memenuhi “mimpi” pelanggan. (Ening Widi)