Angka penderita rheumatoid arthritis atau rematik pada lansia di Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup. Penyakit autoimun yang menyerang persendian ini tidak hanya menimbulkan rasa nyeri, kaku, dan bengkak, tetapi juga menurunkan kualitas hidup penderitanya. Di Jawa Tengah, prevalensi radang sendi mencapai 6,78 persen menurut Riset Kesehatan Dasar 2018. Di Kabupaten Magelang sendiri, jumlahnya bahkan mencapai sekitar 7,5 persen dari populasi lansia.
Fenomena inilah yang menggerakkan Juni Setyaningsih, mahasiswi Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), untuk melakukan penelitian sederhana namun bermanfaat: aplikasi kompres hangat sebagai terapi non-farmakologis untuk menurunkan nyeri rheumatoid arthritis pada lansia.
Alternatif Non-Obat untuk Lansia
Rematik merupakan penyakit degeneratif kronis yang sering dialami lansia, ditandai peradangan, kekakuan, hingga risiko deformitas sendi. Selama ini, pengobatan rematik lebih banyak mengandalkan obat analgesik dan antiinflamasi. Sayangnya, penggunaan jangka panjang bisa menimbulkan efek samping. Karena itu, inovasi terapi non-obat menjadi penting.
Kompres hangat dipilih karena mudah dilakukan, murah, aman, dan dapat dipraktikkan baik secara mandiri maupun dengan bantuan keluarga.
Tujuan dan Metode Penelitian
Dalam karya ilmiahnya, Juni bertujuan menerapkan asuhan keperawatan dengan kompres hangat, mengukur efektivitasnya dalam menurunkan intensitas nyeri, serta memberi edukasi keluarga tentang perawatan non-farmakologis yang bisa dilakukan di rumah.
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif dengan dua responden lansia penderita rematik di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Kompres hangat dilakukan enam hari berturut-turut dengan prosedur standar: kain basah bersuhu sekitar 40C ditempelkan pada sendi nyeri selama 15 menit. Evaluasi menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
Nyeri Menurun, Hidup Lebih Nyaman
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan signifikan intensitas nyeri. Dari skala sedang hingga berat, nyeri menurun menjadi kategori ringan setelah enam kali terapi. Lansia juga merasakan tubuh lebih rileks, tidur lebih nyenyak, serta pergerakan yang lebih leluasa.
Kompres hangat terbukti membantu melancarkan sirkulasi darah, mengurangi ketegangan otot, dan memberi rasa nyaman secara psikologis.
Manfaat Lebih Luas
Temuan Juni sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa panas mampu melebarkan pembuluh darah, meningkatkan aliran oksigen, dan menurunkan kekakuan otot. Bagi lansia, manfaat kompres hangat juga menyentuh aspek psikologis: tumbuh rasa percaya diri untuk kembali beraktivitas tanpa takut nyeri kambuh.
Lebih dari itu, penelitian ini menegaskan pentingnya edukasi keluarga. Dengan pengetahuan sederhana, keluarga bisa berperan aktif mendukung perawatan lansia di rumah secara berkelanjutan.