Kesehatan dan kebersihan menjadi faktor penting dalam aktivitas olahraga, termasuk renang. Sayangnya, banyak kolam renang di Indonesia masih mengandalkan cara manual untuk menjaga kualitas air, seperti menambahkan kaporit tanpa takaran tepat. Padahal, standar Kementerian Kesehatan RI mensyaratkan kualitas air tertentu, mulai dari pH 7-7,8 hingga kekeruhan maksimal 0,5 NTU.
Melihat persoalan ini, Dhias Armanto, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), merancang sebuah alat monitoring kualitas air kolam renang berbasis Internet of Things (IoT). Dengan memanfaatkan mikrokontroler Arduino dan sensor pH, kekeruhan, serta suhu, data kualitas air dikirim secara real-time melalui NodeMCU dan ditampilkan dalam website khusus yang mudah diakses.
Hasil uji coba menunjukkan alat ini bekerja sangat baik: sensor pH mencatat akurasi 94,72%, sensor kekeruhan 88,86%, dan sensor suhu hingga 97,81%. Website menampilkan data dengan grafik dan indikator warna (hijau, kuning, merah), sehingga pengelola kolam dapat langsung mengetahui kondisi air dan mengambil langkah cepat. Bahkan, pengujian langsung di lapangan serta uji penerimaan pengguna pada lima pengelola kolam renang menunjukkan tingkat kesesuaian 100%.
Inovasi ini tidak hanya meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna kolam, tetapi juga membawa manfaat ekonomi dan lingkungan. Penggunaan bahan kimia seperti kaporit bisa lebih terukur, mengurangi pemborosan, sekaligus menekan biaya operasional.
"Dengan alat ini, pengelola kolam lebih mudah menjaga kualitas air sesuai standar kesehatan, sehingga pengguna bisa berenang dengan aman dan nyaman," ujar Dhias.
Karya Dhias Armanto sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Penelitian ini mendukung Tujuan 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dengan menjaga kualitas air kolam agar pengguna terhindar dari risiko penyakit. Selain itu, inovasi ini berkontribusi pada Tujuan 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak) melalui pemantauan kualitas air yang lebih akurat, serta Tujuan 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) dengan penerapan teknologi IoT di bidang kesehatan masyarakat. Efisiensi penggunaan bahan kimia juga mendukung Tujuan 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
Dengan demikian, penelitian ini bukan hanya memberi manfaat lokal, tetapi juga bagian dari upaya global untuk menciptakan kehidupan yang lebih sehat, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. (Ening Widi)
lib.unimma.ac.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI