Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Pena dan Pagi, Nikmatnya Menulis di Pagi Hari

18 Januari 2019   08:24 Diperbarui: 18 Januari 2019   08:55 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/StockSnap

Aku menyukai sarapan ditemani sejumlah kata. Hingga kunikmati setiap gerakan pena. Sembari kusentuh pagi dengan hati bahagia. Begitulah sarapanku setiap hari, antara pena dan pagi. Entah, mungkin karena waktu luangku ada ketika usai kuselesaikan tugas pagi dan kedua anakku masih bermimpi.

Mentari pun terlihat bersemangat mengganti sepi. Wah nyaman sekali. Sepertinya tanganku mulai tak sabar tuk menari. Walau terkadang ada saja waktu yang tak seperti ini. Yang pasti menulis tak pernah kulewati. Sedikit saja tulisan bagiku adalah langkah. Tulisan juga sebuah motivasi, penyemangat, serta pengingat diri.

Menuang sesuatu ke dalam tulisan itu bagai mengisi air ke dalam gelas. Jika terus dan terus maka gelas pun akan penuh. Begitupun tulisan jika terus dan terus dilakukan maka pikiran tak kan kosong. Karena selalu terisi rangkaian kata yang mengandung makna. Kemudian berubah menjadi energi positif yang dapat menyemangati raga.

Menulis adalah nafas alami. Getaran jari seolah berhembus melalui butiran kata. Jikalau tak mampu berucap, maka menulislah! Seketika hati kan berbicara. Melalui rangkaian yang tersusun sempurna. Hingga batin pun menggapai apa yang dirasa. Ah indahnya menulis. Tak cukup terangkai dalam sebuah kata saja. Satu demi satu hingga beribu rasa menjadi sebuah karya.

Pagi yang begitu menepi. Menepi saat hati ingin bersembunyi. Dari hampa duniawi. Pagi yang belum begitu tersentuh hangat sinar. Seolah hati pun bergetar. Tangan yang merindu. Hingga terangkai kata syahdu. Di pagi yang masih dihiasi sejuknya embun. Aku pun mulai tertegun. Pada tetes yang membasahi jiwa. Lalu membawaku ke ujung pena.

Menulis di pagi hari bagai membuka pintu hati. Ketika tertutup kala malam. Malam yang menyelimuti raga. Menghangatkan jiwa tuk terlelap dalam rehat sesaat. Pelepas lelah setelah seharian berkutat. Berkutat dengan tugas dan jadwal yang padat.

Ah serasa bertugas di area pertambangan saja. Padahal hanya mendampingi kompor dan halaman, serta menjadi ibu pengasuh anak rumahan. Tak mengapa, itu pun butuh tenaga super ekstra. Dan malam melelapkan ragaku tuk melepas segala lelahku. Aku pun tak ingin melakukan apapun selain merebahkan tubuhku.

Lalu pagi, menyambutku dengan senyum berseri. Kemudian mengajakku ke sebuah ruang dimana aku bisa mengarungi keindahan imaji. Sebelum berganti dengan aktivitas yang lebih padat lagi, kusempatkan jariku lebih dahulu menari.

Dan aku menemukan secercah bahagia di ujung karya. Apapun hasilnya, menulis adalah hal yang membuat segalanya menjadi nyata. Nyata dalam sebuah pikiran yang berharap menjadi semangat dan motivasi hidup.

Nikmatnya menulis di pagi hari ditemani udara segar nan harum. Nyanyian angin yang begitu lembut. Menyapa otakku tuk segera bangkit. Setelah merebahkan raga semalaman. Pagi menjadi awal dimana hati dan pikiran tlah kembali tenang. Sehingga tak ada salahnya jikalau menulis di pagi hari itu senikmat secangkir kopi dan selembar roti. Hhmm sesuatu di hati.

Selamat pagi semua... Tetap semangat menulis ya... Karena menulis adalah aktivitas yang sehat. Menyehatkan pikiran dan hati. Serta mampu membangkitkan energi, tuk menambah semangat dan motivasi. Apalagi menulis di pagi hari. Nikmat sekali. 

Salam literasi.

Jogjakarta, 18 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun