Mohon tunggu...
UMU NISARISTIANA
UMU NISARISTIANA Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

umunisaristiana26@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Bakti pada Orangtua yang Anti Mainstream

2 Januari 2021   18:20 Diperbarui: 2 Januari 2021   18:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pentingnya Berbakti pada Orang Tua

Salah satu  kewajiban anak adalah berbakti kepada kedua orang tua. Berbakti pada orang tua artinya melakukan tindakan baik yang menyenangkan orang tua. Tindakan apa saja yang berpotensi dapat membuat orang tua senang, patutnya kita lakukan. Kecuali, jika orang tua meminta kita untuk mempersekutukan Allah. Maka, jangan ditaati tetapi tetap perlakukan mereka dengan sebaik-baiknya perlakuan.

Paling tidak ada sepuluh keutamaan yang dapat diperolah bagi anak yang berbakti pada kedua orang tua, diantaranya; kemudahan mendapat rezeki, dipermudah urusan dunia dan akhiratnya, diberkahi umur yang bermanfaat, berbakti kepada orang tua setara dengan melakukan jihad, mendapat ridha dari Allah di setiap langkah hidupnya, dikabulkannya taubat, tiket mendapat surga, taat kepada orang tua merupakan bentuk taat kepada Allah, berpahala hijrah dan dekat dengan Allah.

Sudah ada banyak artikel yang membahas mengenai bentuk bakti seorang anak kepada orang tua, seperti; berkata sopan dan penuh kelembutan, tidak menampilkan muka masam, memprioritaskan orang tua dibanding diri sendiri, tidak membantah atau memotong pembicaraan orang tua, jaga kehormatan orang tua, membantu orang tua, jangan berdebat dengan orang tua dan lain sebagainya. Tetapi, dari keseluruhan bentuk bakti tersebut ada satu hal yang kerap terlupakan yaitu kompak dan rukun dengan saudara kandung.

Love-Hate Relationship antar Saudara Kandung

Di samping banyaknya kisah romantisme antar saudara kandung. Juga ada banyak kisah kompetisi antar saudara kandung atau disebut dengan istilah sibling rivalry yang realitanya dianggap menjadi hal wajar. Fenomena sibling rivalry sudah mulai dirasakan oleh anak sulung jika mendapati ibunya mengandung anak kedua atau bagi anak kedua sibling rivalry akan mulai dirasakan jika ia sudah masuk tahap berpikir egosentris sekitar usia 1-2 tahun. Ia akan mulai merasa cemburu atau marah jika ibu nya memperhatikan orang lain selain dirinya. Sibling rivalry menjadi umum bagi anak usia 5-11 tahun. Namun, fenomena ini akan berkembang meluas jika orang tua tidak memberikan treatment khusus dan tepat kepada anak-anaknya.

Sibling rivalry yang berkepanjangan akan membuka potensi terjadinya love-hate relationship antar saudara kandung. Secara sederhana love-hate relationship adalah hubungan sayang-sayang tapi benci. Meskipun hubungan ini terkesan lucu, tetapi love-hate relationship membawa dampak buruk, seperti kurangnya kedewasaan dalam menyikapi sebuah masalah, mudah berprasangka buruk antar saudara dan rentan muncul banyak pertengkaran pada persoalan kecil.

Hubungan yang buruk antar saudara kandung akan memicu banyak persoalan ringan hingga ekstrem di kemudian hari. Seperti yang banyak terjadi dalam hal perebutan warisan antar saudara kandung, bahkan tidak jarang persoalan ini berujung pada saling bunuh antar saudara dengan dalih menegakkan haknya. Pertengkaran antar saudara apalagi saudara satu darah sangat miris dan semua orang tua tidak menghendaki adanya hal tersebut. Melihat anak-anaknya saling kompak dan rukun menjadi impian semua orang tua.

Oleh sebab itu, bagi kita semua yang ingin berbakti kepada orang tua sudah sepatutnya untuk membangun hubungan baik dengan saudara kandung. Sebab, kekompakan antar saudara kandung akan membuat orang tua senang dan tenang. Terlebih, jika orang tua sudah meninggal kakak-adik kita dapat dikatakan sebagai warisan dari orang tua kita, sehingga menjaga hubungan dengan kakak-adik dan selalu berlaku kompak secara otomatis dapat dikatakan sebagai bentuk rasa hormat pada peninggalan orang tua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun