Hasilnya, AS berdiri sendiri melawan 14 negara anggota lainnya. Bagi banyak negara, ini menjadi bukti bahwa Washington lebih memprioritaskan Israel ketimbang stabilitas kawasan maupun nilai kemanusiaan.
Di sisi lain, saat AS kian terisolasi, Tiongkok bergerak cepat. Beijing mengecam serangan Israel ke Doha dan tampil sebagai pembela hukum internasional serta hak-hak Palestina.
Langkah tersebut memperkuat citra Tiongkok di mata negara-negara global south, yang kian melihat Beijing sebagai alternatif kekuatan untuk melawan hegemoni Amerika.
Arah Baru Dunia Muslim
Selain klausul pertahanan, pakta Saudi-Pakistan juga mencakup kerja sama industri militer, transfer teknologi, dan pelatihan.Â
Meski tidak ada bukti menyangkut senjata nuklir, akses Saudi ke ekosistem teknologi pertahanan Pakistan tetap mengubah kalkulasi strategis kawasan.
Bila kelak bergabung negara-negara lain seperti Turki, Iran, Malaysia, atau bahkan Indonesia, aliansi ini bisa mewakili lebih dari satu miliar umat muslim dengan kekuatan militer dan ekonomi yang signifikan.
Dunia Menuju MultipolarÂ
Drone Houthi yang berhasil menembus pertahanan udara Israel baru-baru ini menjadi pengingat bahwa keunggulan militer tradisional tidak lagi mutlak.Â
Sementara itu, opini publik di AS sendiri mulai bergeser: semakin banyak warga menilai negaranya "terlalu berpihak" pada Israel.
Semua ini menunjukkan pola besar: bukan runtuhnya dominasi Amerika secara tiba-tiba, melainkan erosi perlahan akibat kebijakan yang dianggap tidak seimbang.
Pakta pertahanan Saudi-Pakistan adalah sinyal kuat. Dunia Muslim mulai membangun arsitektur keamanan sendiri, tak lagi bergantung pada payung Amerika.Â