Oleh karenanya, panggilan pertama kewajiban berpuasa adalah orang-orang yang beriman "y ayyuhallana manu kutiba 'alaikumuiymu...(QS. Al-Baqarah[2]:183)."
Yakni seorang hamba yang selalu mengagungkan Allah dan tidak memilih cara lain selain apa yang diperintahkan oleh Allah Swt, "wa'budullh(a) wal tusyriqu bih syai'a(n) (QS. An-Nisa'[4]:36).
Kisah Kaum yang Sombong
Namun berbeda dengan mereka yang sombong.Â
Mereka selalu memiliki alasan tanpa sebab udzur syar'i untuk tidak melaksanakan perintah-Nya.Â
Perilaku seperti ini juga telah digambarkan oleh Allah melalui beberapa kisah. Seperti kisahnya Iblis yang tidak mau sujud kepada nabiullah Adam as, meski diperintahkan oleh Allah secara langsung dengan alasan dirinya merasa lebih unggul dari Nabi Adam atas ciptaanya (QS. Al-A'raf (7): 12).
Padahal Allah Swt tidak pernah memberikan bandingan kebaikan ciptaannya dari asal usulnya kecuali hanya berdasarkan ketaqwaannya -inn akramakum 'indallhi atqkum"(QS. Al-Hujurat[49]: 13).
Kisah kaum Tsamut dan 'ad juga merasa tidak perlu mengikuti petunjuk dan perintah Allah melalui para Nabi-Nya.
Sebagaimana juga dilakukan oleh fir'aun dan bani israil kepada nabi Musa dan saudaranya nabi Harun atas kesombongannya (QS. Al-Mu'minun[23]:46-47).
Juga Karun yang sombong karena kekayaannya hingga selalu menolak nasihat orang-orang sholeh, dan menganggap hartanya adalah hasil dari kecerdasannya sendiri (QS. Al-Qasas [28]: 76-77).Â
Hingga atas kesombongannya tersebut Allah telah mengunci mati hati, pendengaran, penglihatan mereka sehingga tidak terdengar hidayah/petunjuk-Nya (QS.Al-Baqarah (2): 18.
Mereka berjalan dimuka bumi ini dengan gelap gulita dan menjadi sahabat syaithan (wal-laina kafar auliy'uhumu- gtu yukhrijnahum minan-nri ila-ulumt(i), ul'ika aabun-nr(i), hum fih khlidn(a) (QS. Al-Baqarah[2]: 257))