Istilah parenting VOC alias gaya pengasuhan otoriter yang menerapkan kedisiplinan dan aturan yang ketat.
Penggunaan VOC juga diambil dari singkatan Vereenigde Oostindische Compagni (VOC) sebagai metafora pengasuhan. Apakah cocok diterapkan pada anak zaman sekarang?(Kompasiana)
"Anak susah makan atau pilih-pilih makanan? Jangan khawatir! Kebiasaan makan bersama keluarga bisa menjadi solusi efektif untuk mengatasi picky eater, dan bagaimana melakukannya."
Menurut pendapat saya, pada dasarnya setiap metode pola asuh selalu ada sisi positif dan negatifnya, demikian juga "Parenting VOC"yang menerapkan disiplin keras dan aturan yang ketat.
Sebagian besar orang tua berpendapat anak-anak yang dibesarkan dengan "Parenting VOC "pola asuh otoriter cenderung lebih disiplin dan mengikuti aturan. Benarkah? Mungkin saja karena takut hukuman bila tidak menurut.
Namun kedisiplinan dan kepatuhan karena takut, bukan karena pemahaman ketatnya aturan, lambat laun perkembangan emosi anak tidak sehat, merasa cemas dan stress.
Anak menjadi tidak mandiri, kurang inisiatif, dan kurangnya komunikasi membuat anak tidak paham alasan dibalik aturan yang ditetapkan. Misalnya, tentang harus makan ini tidak boleh makan itu, dst. Apa alasannya?
Dalam jangka panjang pola asuh otoriter dapat memengaruhi perkembangan anak, dan meningkatkan risiko gangguan makan dan kesehatan mentalnya.
Anak-anak mungkin memiliki kesulitan dalam mengembangkan problem -solving dan pengambilan keputusan, serta kesulitan menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain karena kurangnya komunikasi dan empati.
Lalu, apakah "Parenting VOC " otoriter masih relevan di zaman digital sekarang?