Mohon tunggu...
Umi Rahma Afifah
Umi Rahma Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Optimalisasi Pendidikan Karakter di Masa Pandemi

30 November 2021   12:13 Diperbarui: 30 November 2021   12:27 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Intelligence plus character that is the goal of true education 

(Kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya)

-Martin Luther King-


Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia hanya dalam waktu beberapa bulan saja. WHO menetapkan wabah ini sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020. 

Hal tersebut membuat beberapa negara menetapkan kebijakan unuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.

Masa pandemi COVID-19 membuat pola pendidikan berubah. Semula proses belajar mengajar dilakukan dengan tatap muka. Tetapi kini, proses belajar mengajar dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi dan jaringan internet. Dari segi manfaat, pembelajaran daring telah menjejakkan proses pendidikan di tanah air ke arah digitalisasi. 

Namun, perkembangan teknologi dan digital tidak sepenuhnya dapat membantu proses belajar dari jarak jauh, khususnya untuk para siswa dan guru yang tinggal di daerah terpencil. 

Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil di masa pandemi, membuat para orang tua mengeluhkan biaya kuota internet. 

Mengesampingkan keterbatasan di atas, ada satu kendala yang tidak dapat di jangkau oleh teknologi yang lebih dari itu semua, bahwa teknologi tidak dapat menyentuh salah satu inti dari pendidikan, yaitu pendidikan karakter.

Pendidikan karakter sangat erat hubungannya dengan pembentukan karakter peserta didik, yang meliputi: penanaman sikap spiritual, moral, nilai-nilai etika, estetika, dan budi pekerti yang luhur. 

Membentuk karakter seseorang tidak dapat dilakukan secara instan. Akan tetapi, memerlukan sebuah proses yang panjang dan berkesinambungan. Kunci keberhasilan pendidikan karakter adalah disiplin, komitmen dan implementasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menjadi sebuah kebiasaan baik yang membawa manfaat bagi peserta didik dan lingkungannya.  

Di masa pandemi, pendidikan karakter harus tetap berjalan meskipun tidak ada pertemuan secara tatap muka antara pendidik dengan peserta didik. 

Orang tua juga memiliki tanggung jawab yang besar untuk ikut andil dalam upaya membentuk karakter peserta didik. Bahkan orang tua merupakan pendidikan pertama bagi anak sebelum mendapat pendidikan dari luar, seperti sekolah/madrasah. 

Di dalam Al-Qur'an ada banyak ayat yang menjelaskan tentang orang tua yang memberi pengajaran kepada anaknya terutama mengenai pendidikan tauhid.

Pendidikan tauhid merupakan prinsip dasar dari materi pendidikan karakter yang kelak akan menjadi bekal bagi anak tersebut. Dengan pegangan tauhid yang kuat, seseorang akan memiliki pemahaman agama yang baik dan berdampak pula terhadap sikap yang akan dilakukan sehari-hari. 

Maka secara tidak langsung orang tua telah memberikan kontribusi yang besar dalam mendukung upaya pembentukan karakter peserta didik melalui pemahaman tauhid kepada anak.

Peran pendidik di masa pandemi juga sangat penting dalam upaya pembentukan karakter peserta didik. Pendidik tidak akan berhasil membentuk karakter peserta didik jika pengajaran hanya bersifat memberi informasi tanpa adanya contoh tindakan. 

Meskipun kita tahu, di masa pandemi keterlibatan secara fisik dan psikologis antara pendidik dengan peserta didik sangat kurang. Namun itu bukanlah suatu masalah yang besar. 

Karena pendidik dapat mengajarkan pendidikan karakter dengan mengembangkan sikap empati, jujur, integritas, kerja sama dan karakter lain kepada peserta didik melalui hal-hal kecil meskipun secara daring. 

Misalnya, ketika ada peserta didik yang tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar karena terkendala biaya untuk membeli kuota, maka pendidik dapat mengajak teman-teman peserta didik tersebut untuk iuran dan bersama-sama membelikan kuota untuk peserta didik yang tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar, dari hal kecil tersebut secara tidak langsung pendidik sudah mengajarkan sikap empati kepada orang lain melalui tindakan.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengoptimalkan pendidikan karakter di masa pandemi, diperlukan kerja sama dan peran dari orang tua beserta guru. Tujuan dari sebuah pendidikan tidak semata-mata hanya cerdas secara akademik namun juga baik dalam spiritual, sikap dan perilaku dalam bermasyarakat. 

Seseorang dengan tingkat kecerdasan sangat genius namun tidak memiliki sikap dan akhlak yang baik, maka sama saja dia tidak mendapat hasil apapun dari proses pendidikannya. Maka dari itu, pendidikan karakter sangat penting untuk diajarkan dan dikembangkan untuk mencetak generasi yang cerdas dan berkarakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun