Novel. Perempuan dari Blambangan  (3).-Dendam Masa lalu dan Lelaki yang pergi.Â
Dini hari yang dingin ketika kereta api dari Banyuwangi sampai di stasiun Gubeng -Surabaya.Â
Terang langit dan awan masih samar. Turun dari kereta, berrdesakan dengan para penumpang yang lain, gegas aku menuju pintu keluar. Di ketinggian Hotel Garden nampak neon box iklan sebuah rokok berpendar-pendar.Â
Ketika tiba di luar, aku menepi. Tegak berdiri melihat jalanan yang masih sepi. Pikirku, naik  angkutan apa kiranya ke kosan yang bisa cepat sampai.Â
"Vina. .." sebuah suara memanggil namaku. Menyeruak dari kerumunan para penjemput dan sopi-sopir taxi yang mencari penumpang.Â
"Bapak..? " tak sadar aku berteriak agak keras karena kegirangan. Mengabaikan orang-orang di sekelilingku yang terkaget lalu menoleh dengan senyum-senyum. Aih, aku  jadi tersipu malu, pasti mereka menganggapku anak gadis yang manja.Â
Bapak melambaikan tangannya, aku berjalan cepat menuju ke arahnya.Â
Jarak satu meter di antara kami, aku mendekat mengulurkan tangan, salim  dengan mencium tangannya. Lalu mengikuti langkahnya menuju ke tempat parkir. Kutunggu di di depan sementara Bapak mengambil vespa kesayangannya.Â
"Vina diantar ke kos saja, Pak. Nggak mau mampir ke rumah Kapas Krampung," pintaku, ketika Bapak sudah mengendarai vespanya menghampiriku.Â
Bapak hanya mengangguk, tersenyum tipis. Sudah sangat paham maksudku. Aku malas bertemu dengan ibu tiriku. Kalau selama ini aku tidak pernah menanggapi kenyinyirannya, semata karena menghargai Bapak. Cerewetnya hanya kuanggap komentar yang tidak bermanfaat.Â
Angin menjelang fajar menampar-nampar wajahku ketika laju vespa menembus dingin dini hari. Bapak sedikit kencang melarikan vespanya, mumpung masih sepi jalanan.Â