Mohon tunggu...
Umar Hapsoro
Umar Hapsoro Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bosan jadi pegawai, lantas berwirausaha. Senang baca, dan suka juga nulis, tapi kadang2. ~ "Pengetahuan tidaklah cukup, ..... karenanya kita hrs mengamalkannya. Niat saja tidaklah cukup, untuk itu kita harus melakukannya."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Disinformasi?

9 Oktober 2009   14:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:37 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada beberapa tulisan yang telah saya posted di Kompasiana ini, ... beberapa kali disinggung perihal penalaran yang mengundang diskusi (pro/kontra) yang disertai dengan argumentasinya. Menarik, seru, rame dan tentu saja mencerahkan wawasan kita, karena tidak disertai serangan-balik (counter attack) ke pribadi atau kelompok dari masing-masing pihak yang berdiskusi. Walaupun tidak disertai S.O.P (standard operating procedure) diawal diskusinya, namun obrolan atau diskusi terfokus ke materi. Bukan argumen yang menyerang pribadi tertentu (argumentum ad hominem). Singkatnya, bahasan pada tulisan-tulisan yang lalu, sedikit saya kutip, ... bahwa upaya manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, logis, dan analisis atau biasa juga disebut dengan penalaran itu dipicu oleh rasa keingintahuan seseorang (curiosity) yang acapkali dalam kenyataannya terbentur dengan batasan atau kemampuan dari akal itu sendiri. "Nalar sering dianggap dapat membawa kebajikan . Semakin bernalar seseorang semakin bajik dia, namun dugaan itu keliru," demikian ungkap, Prof Donald B. Calne, Direktur Neurodegenerative Disorders Centre (Pusat Penanggulangan Penyakit Saraf) dari Rumah Sakit Vancouver, yang juga Profesor neurologi pada University Of British Columbia, Vancouver, dalam bukunya Within Reason (Batas Nalar: Rasionalitas dan Perilaku Manusia).

Namun, ironisnya terkadang rasa keingintahuan itu dimanfaatkan oleh segelintir orang dengan memberikan informasi palsu atau tidak akurat. Berupa informasi yang disebar dengan sengaja, yang kita kenal dengan istilah "disinformasi". Hal ini sebenarnya identik dengan Black propaganda.

Disinformasi (disinformation), memberikan makna penyebaran maklumat atau fakta yang salah (deliberate dissemination of false information), antara lain berkaitan dengan penyebaran berita melalui media cetak, elektronik, manuskrip maupun gambar (foto-foto, film, video), penyebaran khabar angin (rumors) dalam merialisasikan sesuatu objektif atau propaganda yang melibatkan fakta-fakta penting demi kepentingan individu atau organisasi. Disinformasi tidak boleh disamakan dengan salah maklumat (misinformation) kerana ia perlakuan yang tidak disengajakan manakala disinformasi adalah disengajakan. Disinformation is fals or inaccurate information that is spread deliberately. It is synonymous with and sometimes called Black propaganda. It may include the distribution of forged documents, manuscripts, and photographs, or spreading malicious rumors and fabricated intelligence. Disinformation should not be confused with misinformation, information that is unintentionally false. (wikipedia) Kurang lebih seribu lima ratus tahun yang lalu, gejala seperti ini sudah di ingatkan khususnya kepada umat Islam, agar tidak mudah terkecoh dengan informasi-informasi palsu yang berkembang belakangan ini. Inilah kisah yang seharusnya bisa kita petik pelajarannya; Kira-kira 40 tahun setelah Rasul Allah Saw. wafat, salah seorang penduduk Syam pergi ke Madinah al-Munawwarah untuk menziarahi makamnya. Disitu ia berjumpa dengan seorang penunggang kuda yang tampan dan berwibawa. Di sekitarnya berkumpul sahabat-sahabatnya, siap untuk melaksanakan segala perintahnya.- Republika - Jalaluddin Rakhmat, 16/12/08)Salam, Ketika orang Syam itu diberitahu bahwa orang itu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, bangkitlah amarahnya. Di mimbar-mimbar Jumat di Syam ia sudah sering mendengar para khatib menerangkan kejelekan keluarga Ali. ''Jadi inilah anak Abu Turab yang keluar dari Islam itu?'' kata orang Syam itu sambil menyusulnya dengan memaki Hasan, ayahnya, dan keluarganya. Mendengar itu sahabat-sahabat Hasan menghunus pedang untuk membunuhnya. Tapi Hasan melarang mereka. Dengan ramah beliau menyapa orang Syam itu, ''Tampaknya Anda orang asing di sini, wahai Saudaraku orang Arab?'' Orang Syam menjawab, ''Benar, aku dari Syam. Aku pengikut Amirul Mukminin dan Pemimpin kaum Muslim, Muawiyyah bin Abi Sofyan.'' Hasan mendesaknya untuk menjadi tamu. Selama beberapa hari dijamunya dan dihormatinya orang Syam itu. Pada hari yang keempat orang Syam itu tampak menyesali perbuatannya. Ia merunduk dan menciumi jari-jemari Hasan. Ia memohon maaf atas apa yang dilakukannya sebelum itu. Hasan melirik kepada sahabat-sahabatnya. ''Kemarin kalian bermaksud membunuhnya, padahal ia tak bersalah. Ia korban disinformasi. Sekiranya ia mengetahui kebenaran, ia tidak akan memusuhinya. Kebanyakan orang Islam di Syam seperti itu.'' Kemudian Hasan membaca firman Allah: ''Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.'' (Q. S. 41: 34) Tidak jarang kita membenci sesama Muslim karena kita mendengar berita yang jelek mengenai dirinya. Jangan-jangan, pertengkaran di antara kita selama ini terjadi karena proses disinformasi ?. Marilah kita memaklumi orang yang membenci kita karena disinformasi. Balaslah makian mereka -- yang dilakukan karena ketidaktahuan -- dengan lapang dada dan keramahan. Mudah-mudahan Allah mengubah mereka menjadi sababat-sahabat kita yang setia. (ah - Republika - Jalaluddin Rakhmat, 16/12/08) Salam, H. Umar Hapsoro Ishak Tukang Nasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun