Tulisan ini mengajak pembaca untuk memahami makna sejati dari mantra Om Namo Buddhaya --- bukan sekadar pujian kepada sosok luar, melainkan sapaan lembut kepada kesadaran murni di dalam diri. Dalam setiap getaran Om, tersimpan suara alam semesta yang hidup dalam setiap napas. Namo mengajarkan kerendahan hati untuk menundukkan ego, dan Buddhaya mengingatkan kita akan cahaya kesadaran yang terjaga di balik pikiran dan keinginan. Saat mantra ini diucapkan dengan hati penuh perhatian, kita menyadari bahwa Sang Buddha tidak terpisah dari kita. Ia hadir sebagai kesadaran yang jernih, tenang, dan tanpa batas --- yang menjadi hakikat semua makhluk. Tulisan ini menjadi refleksi spiritual tentang perjalanan menuju kedamaian batin dan kebijaksanaan sejati.
Ketika aku melafalkan Om Namo Buddhaya, aku tidak sedang memanggil sosok di luar diriku.
Aku sedang mengetuk pintu sunyi di dalam hati, tempat kesadaran murni bersemayam tanpa nama dan tanpa bentuk.
Suara Om adalah denyut awal semesta --- getaran yang sama dengan napas pertama semua kehidupan.
Namo adalah tunduknya ego, saat aku meletakkan segala "aku" dan "milikku" di kaki kebijaksanaan.
Dan Buddhaya adalah kesadaran yang telah terjaga, cahaya bening yang menyinari tanpa memilih.
Di saat mantra ini terucap dengan hati yang tulus, aku menyadari:
Kesadaran murni itu bukan milik seseorang, bukan ciptaan siapa pun.
Ia adalah hakikat dari setiap makhluk --- sinar yang tak pernah padam di balik kabut pikiran.
Memuja Buddha berarti menyapa kesadaran itu sendiri,
menyadari bahwa Sang Buddha bukan hanya sejarah, tetapi napas yang hidup dalam diriku, dalammu, dan dalam seluruh alam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI