Mohon tunggu...
Azanuddin Umaee
Azanuddin Umaee Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mencoba Menganalisis Apa aja!\r\nhttp://umaeeblogs.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemudik Memubazirkan Cinta, Uang & Waktu

19 Agustus 2011   22:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

NUANSA mudik kian ramai dan masif diberitakan belakangan ini, hampir semua media tidak mau ketinggalan dalam memberitakan informasi-informasi seputar mudik. Yang sekiranya informasi ini bisa digunakan untuk para pemudik, sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan transportasi apa yang akan mereka gunakan dan jalur yang mana yang akan mereka pilih.

Nuansa itu pun, sangat terasa bila kita berada di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta. Karena sebagian besar penduduknya adalah pendatang, yang bekerja, belajar dan bermukim sementara di kota tersebut. Saya sendiri berada di Yogyakarta yang katanya lebih dari 80% penduduk yang beraktifitas di kota ini adalah pendatang, jadi tidak heran jika lebaran tiba apalagi Idul Fitri, keadaan kotanya seperti kota kosong tak berpenghuni, setidaknya itu terlihat dari banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya dihari-hari biasa dan tak terlihat ketika musim lebaran tiba.

Akan tetapi tidak banyak dari perantau tersebut beruntung untuk bisa pulang ke kampung halamannya. Banyak alasan mulai dari jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk sampai dikampung halaman, tidak adanya atau kurangnya biaya transportasi yang dia miliki, hingga adanya kegiatan di yang harus dirampungkan atau masih dalam suasana kerja walaupun hari lebaran telah tiba.

Untuk mereka yang pulang, tentunya senang, gembira, ria, sumringah tak terkira, mereka rasakan apalagi telah bertemu dengan keluarga yang dielu-elukan yang telah lama ditinggal. Apakah itu anak kepada kedua orang tuanya, Suami kepada Istrinya, Kakak kepada Adiknya, dan segenap keluarga yang lain. Semuanya itu terjadi disebabkan karena Cinta yang diberikkan Sang Pencipta kepada Makhluknya. Cinta ketika itu bisa meluluhkan batu kebekuan dalam hati, bisa membelah ombah kebencian, ketamakan, kemarahan berbuah menjadi kebeningan hari, keteduhan jiwa dan kelapangan untuk saling kasih mengasihi.

Kini, semua kegiatan bertemu atau bersua tersebut telah bisa dilakukan oleh karena majunya Teknologi Informasi. Banyak media Telekomunikasi itu telah mejadi medium untuk menyalurkan cinta dengan serba singkat dan Intens tidak terhalang oleh waktu dan keadaan iklim atau cuaca tertentu. Dimana dulu orang bisa pulang kampung bila menunggu angin barat ataupun angin timur, ada dan tidak adanya transportasi penyaberangan dll.

Kini perangkat-perangkat telekomunikasi telah bisa menggantikan esensi dari pertemuan. Suara sekarang telah tergantikan oleh Handphone, Wajah atau mimik telah tergantikan oleh 3G ataupun skype. sehingga rasa cinta dan rindu keluarga itu bisa dikatakan telah bisa dipenuhi hanya dengan menggunakan perangkat-perangkat teknologi tersebut.

Apakah itu artinya cinta yang dulu sangat besar kepada keluaga yang dielu-elukan telah menjadi sesuatu hal biasa ? lalu adakah arti lain dari pulang kampung, kalau semua syarat  cinta tadi telah dipenuhi ? selain itu tidak sedikit uang yang digunakan untuk biaya transportasi ke kemapung halamannya. Tentu tidak masalah bagi yang banyak uang sehingga tidak perlu merisaukan biaya. begitupula untuk mereka yang kampungnya dekat. Tapi apakah itu tidak mubazir dibandingkan dengan besatnya biaya untuk melakukan kontak telepon atau media telekomunikasi lain. apalagi pulangnya hanya sesaat dan toch mereka yang pulang kampung tersebut nantinya akan kembali balik ketempat kerja atau tempat dia melakukan rutinitas sehari-harinya. Kutulis tulisan ini untuk memaknai cinta, uang & waktu kepada mereka yang tidak ikut pulang kampung.

Bagaimana pendapat sahabat-sahabat kompasianer ?

20 agustus 2011

Salam

Umaee

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun