Oleh: Syamsul Yakin dan Sayyid Miftahul Ulum
[Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]
Dakwah adalah strategi/cara ulama' atau orang yang memiliki pengetahuan agama untuk mengajak seseorang kepada tujuan kebaikan dan menghindari keburukan dengan cara-cara tertentu tanpa adanya paksaan. Sementara itu, Menurut Sayyid Quthub, tugas dakwah yakni at-tabligh wal bayan (menyampaikan kebenaran Islam), al-amru bil ma'ruf (memerintah kepada kebaikan), dan an-nahyu an mungkar (mencegah kemungkaran) (Quthub, 1991). Dari penjelasan tersebur disimpulkan bahwa dakwah adalah strategi/cara ulama' atau orang yang memiliki pengetahuan agama untuk mengajak seseorang kepada tujuan kebaikan dan menghindari keburukan dengan cara-cara tertentu tanpa adanya paksaan.
Dakwah pada era Nabi Muhammad SAW menjadi pusat perhatian, tidak hanya di kalangan masyarakat Arab, tetapi juga di seluruh dunia. Ketertarikan terhadap dakwah beliau tidak terbatas pada umat Muslim saja, melainkan juga bagi non-Muslim. Sepanjang sejarah, dakwah Nabi Muhammad SAW terus dipelajari dan dikaji tanpa henti. Hal ini disebabkan oleh strategi dakwah yang beliau terapkan dengan penuh kebijaksanaan, sehingga banyak orang yang terinspirasi dan tertarik untuk mengikuti jejaknya.Â
Dakwah nabi Muhammad SAW dimulai saat beliau sedang uzlah (menyendiri) di gua Hira saat itu beliau berusia 37 tahun. Kemudian saat beliau berumur 40 tahun beliau menerima wahyu pertama (Atim, 2017). Beliau menyampaikan dakwah pertama kalinya kepada penduduk Makkah. Â
Dengan strategi dakwah yang dikemukakan oleh Al Bayanuni. Beliau mengemukakan strategi dakwah, yang salah satunya adalah strategi sentimentil. Strategi sentimentil merupakan dakwah yang memfokuskan pada aspek hati. Dimana pendakwah bisa menggerakkan hati pendengar.
Dakwah sentimental pada masa Nabi Muhammad SAW dilakukan mulai awal beliau berdakwah. Awal mula beliau berdakwah dengan sembunyi-sembunyi. Beliau pertama mengajak orang-orang terdekat beliau untuk memeluk agama Islam. Kemudian sahabat-sahabat beliau. Dakwah yang dilakukan oleh beliau mengutamakan aspek pendekatan hati (Nurasykim, 2019).
Strategi dakwah sentimental (al manhaj al athfi) berfokus pada aspek hati dan menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah (Fadzlan et al., 2022). Untuk strategi ini mitra dakwah diberikan nasehat yang mengesankan, panggilan yang ramah, atau pelayanan yang memuaskan. Metode ini cocok untuk mitra dakwah yang terpinggirkan dan dianggap lemah. Mitra dakwah yang terpinggirkan ini termasuk kaum perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, para mualaf dengan iman yang lemah, orang miskin, dan anak-anak yatim (Sakdiah, 2017).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI