Mohon tunggu...
Ruslan Yunus
Ruslan Yunus Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis -

Belajar Menyenangi Humaniora Multidisipliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Milenial Modern yang Religius

2 Februari 2019   13:23 Diperbarui: 21 Februari 2019   10:28 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi religius | sumber foto: Reuters/Yusuf Ahmad

Generation M: The Young Muslims Changing The World. Di dalam bukunya ini, Shelina Janmohamed memproklamirkan bahwa sebuah generasi muslim, Generasi M  tengah bangkit untuk meluruskan bahwa modernitas dapat berpadu dengan keberimanan. 

Diterbitkan pertama kali pada tahun 2016, buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Shelina adalah seorang penulis wanita berkebangsaan Inggris. Beberapa di antara bukunya telah menjadi best seller.

Menurut Shelina, ada dua faktor monumental yang memengaruhi corak Generasi M ini. Yaitu peristiwa-peristiwa pascatragedi 09 September 2001, dan respons dunia terhadap terorisme dan ekstremisme yang ikut "menyeret" nama Islam. 

Faktor lainnya adalah internet, yang telah menjadi "perekat" di antara anak-anak muda muslim ini. Media ini ikut berperan menyatukan mereka menjadi sebuah generasi global yang kritis dan berpengaruh.

Melalui media ini mereka bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana menjadi seorang muslim. Baik sebagai komunitas sebuah bangsa, maupun sebagai komunitas dunia.

Generasi M, di dalam definisi Shelina, adalah milenial muslim yang lahir sepanjang 30 tahun terakhir ini.

Berbeda dengan perspektif Barat, di dalam perspektif Generasi M seorang muslim untuk menjadi modern, tidaklah perlu menjadi sekuler. Hidup di dalam keberimanan yang kental sekaligus modern dapat bergandengan bersama. Tidak ada kontradiklsi di antara keduanya, bahkan saling menguatkan. 

Mereka percaya bahwa iman mereka, sebagai sumber kebenaran, menjadi penuntun dan pemberi inspirasi bagi modernitas. Disinilah letak "keunikan" Generasi M itu.

Mereka terbentuk menjadi pribadi- pribadi yang antusias, cerdas, dinamis, aktif dan kreatif tapi branding, di dalam bingkai nilai- nilai religi.

Dari segi demografi, jumlah penduduk muslim dunia cukup besar dan akan terus tumbuh. Saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 1,6 miliar.

Pada tahun 2050 diperkirakan akan meningkat menjadi 2,8 miliar, atau lebih dari seperempat populasi dunia. Dua pertiga diantaranya berusia dibawah 30 tahun. Jumlah itu dapat menjadi penggerak sektor ekonomi dan budaya.

Shelina menunjuk perubahan awal dari kebangkitan Generasi M ini. Meningkatnya permintaan akan produk- produk halal menjadi pemicu berkembangnya industri makanan, kosmetik, fesyen  dan pariwisata halal.

Demikian juga permintaan akan jasa hiburan dan perbankan halal. Dan itu terjadi tidak hanya di negara- negara mayoritas muslim, tetapi juga di negara- negara minoritas muslim. 

Shelina memberi contoh Radwan Family dengan industri bir non-alkoholnya di Oxfordshire, dan Shazia Saleem yang memperkenalkan ieat, makanan halal siap saji sepert sheperd's pie dan lasagne. Kita dapat menambahkan di sini Sunwoo Cosme sebuah produsen kosmetik halal di Korea Selatan. Di Indonesia sendiri, kita mengenal produk kosmetik halal dari Wardah, Martha Tilaar dan Kaila, misalnya.

Di bidang pariwisata, Bandara Narita dan Kansai di Jepang misalnya, menyediakan tempat salat bagi pelancong muslim. Otoritas negara ini bahkan mengadakan berbagai seminar dan pelatihan kepada pengelola hotel dan resto tentang pariwisata halal.

Padahal, jumlah penduduk muslim di Jepang hanya sekitar 150 ribu orang dari 123 juta penduduk. Sejumlah resto dibawah Lotte Hotel dan The Plaza, di Seoul, Korea Selatan juga telah memperoleh sertifikat muslim friendly.

Data Islamic.finance.com tahun 2016 merilis, di Inggris terdapat enam bank yang operasionalnya berdasarkan prinsip- prinsip syariah. Diantaranya adalah Bank of London and The Middle East, Gatehouse Bank, dan Al Rayan Bank. Uniknya tidak sedikit dari nasabah bank berasal dari komunitas non-muslim. 

Inggris juga merupakan negara Barat pertama yang menerbitkan sukuk, obligasi berbasis syariah. Independensi sukuk sangat diminati oleh masyarakat terbukti dengan banyaknya permintaan mencapai 2,3 miliar. Demikian yang ditulis oleh Ahmad Irvani di dalam As- Syariyyah, Volume 1, No.1,Juni, 2016. Saat ini Inggris disebut- sebut sebagai negara terdepan dalam pengembangan perbankan syariah di Benua Eropa.

Lebih dari hanya berstatus halal, Generasi M menurut Shelina, berharap produk- produk itu juga tayyab -- didefinisikan sebagai produk yang beretika dan bermanfaat. Ketayyaban itu mencakup keseluruhan rantai produksi dan konsumsi. Seperti respek terhadap lingkungan dan sumber daya alam dan tidak mengeksploitasi pekerja yang terlibat di sektor hulu. 

Prinsip kelestarian alam (sustainability) dan dapat diperbarui (renewable) serta penghormatan terhadap sesama manusia, adalah bagian dari keberimanan itu.

Bagi negara kita, tren kebangkitan Generasi M ini dapat memperkuat ketahanan budaya, ekonomi dan ideologi negara kita. Hal ini karena Indonesia adalah negara muslim terbesar dunia.

Di samping itu, golongan berpenghasilan menengah yang pada tahun 2002 sebesar 74 juta jiwa pada tahun 2016 telah meningkat menjadi 142 juta

****

dokpri
dokpri
Pada konsep sekularisme, secara sederhana urusan dunia adalah urusan dunia yang terpisah dari urusan agama. Agama adalah urusan individu masing- masing.

Sekularisme, meski telah menciptakan berbagai kemajuan di bidang sains dan teknologi ---sebagai simbol modernitas--- ternyata juga melahirkan masyarakat individualis dan materialis, yang menghalalkan segala cara.

Dalam banyak hal, sekularisme menyisakan masyarakat yang gelisah bahkan stress, meski hidup dalam keberlimpahan materi.

Saya mengutip apa yang dikatakan oleh Huston Smith di dalam Essays in World Religion (1995).

"It is not that we have discovered someting. Rather, we have unwittingly allowed ourshelves to be drawn into an enveloping epistemology that we can not handle trancendence".

Dengan sekularisme, bukannya kita menemukan sesuatu. Sebaliknya, kita telah terperangkap ke dalam epistemologi yang menjauhkan kita dari nilai- nilai transendental. Nilai- nilai religi dan human yang tak pernah kering.

Umat muslim sebenarnya pernah mencapai puncak peradabannya dengan menempatkan nilai- nilai transendental sebagai pemandu dan sumber inspirasi bagi pengembangan sains dan teknologi ---sebagai simbol kemajuan dan modernitas. 

Sejarah mencatat selama kurang lebih empat abad (dari abad ke-8 sampai ke-12 M) sejumlah penemuan-penemuan yang merubah peradaban dunia telah dihasilkan.

Sebutlah, misalnya, rumus-rumus trigonometri (sin., cos., tan.), daftar logaritma, planetarium dengan keakuratan yang tinggi, standarisasi ukuran kertas (plano, quarto dan folio), zat pelikan dan air raksa. 

Begitupun penemuan dan pengembangan teknik pengairan, kompas, teknik sublimasi, pengobatan penyakit cacar, seni kaligrafi, dan banyak lagi.

Yang menarik, tidak sedikit dari saintis- saintis itu dikenal bukan hanya menguasai bidang- bidang ilmu yang digelutinya, tetapi dikenal pula sebagai sosok- sosok ulama yang mumpuni, atau sebaliknya. Berikut ini beberapa diantaranya.

Abdul Qadir Jaelani (1077-1166), siapa yang tak mengenalnya sebagai seorang ulama besar. Ternyata ia juga menguasai beberapa bidang sains, seperti astronomi dan kedokteran.

Nama lain, Ibnu Sina (980- 1037 M), yang di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna adalah Bapak Ilmu Pengobatan Modern. Bukunya Al Qanun fi At Tibb, yang sangat terkenal baik di dunia Timur maupun di dunia Barat, memadukan ilmu kedokteran dengan nilai- nilai keislaman. 

Lalu Al Khawarizmi (780-846 M), seorang ahli matematika dan astronomi. Aljabar, trigonometri dan angka nol adalah sebagian diantara penemuan- penemuannya.

Namun ia juga memiliki ilmu keagamaan yang mendalam, khususnya di bidang fikih. Di dunia Barat ia dikenal dengan nama Cowarizmi atau Al Goritm. 

Hal ini dapat kita baca di dalam buku Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan Modern (Poeradisasatra, 1981), dan Pendidikan Yang Hebat Lahirkan Ulama dan Ilmuwan (Eva Hasan, IslamPos.com. 21-02-2017).

Nah, perubahan kedua dari kebangkitan Generasi M versi Shelina ini, mungkin akan ditandai dengan bermunculan nya kembali saintis- saintis muda muslim bertaraf dunia. Setidaknya dari para milenial yang sedang menuntut ilmu saat ini.

Demikian juga bangkitnya para eksetutif dan CEO muda korporasi bertaraf nasional dan multinasional. 

Mereka yang mumpuni di bidangnya, sekaligus memiliki pemahaman dan praktek keimanan dan keberagamaan yang kental. Yang akan menjadi contoh bagaimana menjadi saintis dan eksekutif muslim yang memiliki integritas, amanah, cerdas, penuh penghormatan terhadap orang lain, dan menyejukkan.

****

Dari widget istri saya, terdengar alunan lagu Bimbo, grup penyanyi dan pemusik "anak muda" Indonesia era 1970-an.

"Mencari rezeki, mencari ilmu/ Mengukur jalanan seharian/ Begitu terdengar suara azan/ Kembali tersungkur hamba/ Ada sajadah panjang terbentang/ Hamba tunduk dan rukuk/ Hamba sujud tak lepas kening hamba/ Mengingat Dikau sepenuhnya".

Mungkin seperti inilah profil Generasi M itu. Milenial dengan keseharian modernitas mereka. Yang terus bekerja, yang terus belajar dan mengembangkan iptek. Tapi dipadu dengan nilai- nilai religi yang kental.

Milenial yang sedang "membentuk" wajah modernitas dunia, dengan menjadikan keimanan yang teguh sebagai landasan berpijaknya. 

Mereka percaya, bahwa dengan iman yang teguh, modernitas akan menjadi lebih sejuk dan human.

dokpri
dokpri
Bukit Baruga- Makassar, 02 Februari 2019 kompasiana@ruslanyunus. Copy rights reserved.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun