Mohon tunggu...
ulin nuha
ulin nuha Mohon Tunggu... mahasiswa

Saya suka menari

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Nikmatnya Warisan Kuliner, Sate Lontong Madura Cak Usman

4 Oktober 2025   19:30 Diperbarui: 4 Oktober 2025   19:30 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Dagangan Cak Usman 

Di tengah ramainya Tembalang, Semarang, tersimpan sebuah kisah kuliner yang begitu membekas: Sate Lontong Madura Cak Usman. Ini bukan sekadar hidangan biasa, melainkan warisan turun-temurun yang dirawat sepenuh hati. Cak Usman, sebagai generasi ketiga, meneruskan tradisi yang dirintis oleh nenek moyang serta orang tuanya.

Perjalanan Rasa dari Pasar hingga ke Tangan Pembeli

Setiap hari, perjuangan Cak Usman dimulai sejak dini hari. Sekitar pukul 3 pagi, ia sudah terjaga bersama sang istri untuk meracik bumbu dan menyiapkan bahan baku segar yang dibeli langsung dari Pasar Jati, Banyumanik. Mulai dari daging ayam yang empuk hingga tusuk sate, semuanya disiapkan dengan cermat demi menjaga kualitas terbaik.

Strategi Jualan Unik dan Sate yang Bersahabat di kantong

Sate Cak Usman menyuguhkan cita rasa otentik dengan harga yang sangat terjangkau, berkisar antara Rp10.000 hingga Rp18.000. Cak Usman memiliki taktik berjualan yang unik dengan dua lokasi berbeda. Pada pagi hari, ia menjajakan dagangannya di Jalan Banjarsari, Tembalang, tepat di depan Indomaret dekat Universitas Pandanaran. Lokasi ini mudah dijangkau oleh mahasiswa yang menjadi pelanggan setianya. Sementara itu, di sore hari, ia pindah ke kawasan kampung tematik di sekitar Jembatan Kembar, menarik perhatian penduduk setempat.

Kelezatan yang Tak Terbantahkan dan Ujian Bisnis

Cita rasa sate Cak Usman memang terkenal juara. Daging ayam yang dibakar sempurna berpadu dengan bumbu kacang Madura yang gurih dan manis, menciptakan sensasi yang bikin nagih. Tak heran jika penjualannya selalu laris manis dan biasanya habis setiap hari, dengan pendapatan mencapai lebih dari Rp2.000.000.

Namun, di balik kesuksesan ini, Cak Usman pun tak lepas dari berbagai kendala. Melonjaknya harga bahan baku di pasar menjadi persoalan utama. Saat harga ayam atau bumbu melambung, Cak Usman kesulitan menaikkan harga jual. Ia sadar betul bahwa menaikkan harga bisa memberatkan para pelanggan setianya, terutama mahasiswa yang mencari santapan lezat dengan harga bersahabat. Masalah ini memaksanya untuk terus mencari cara agar kualitas dan rasa sate tetap terjaga tanpa harus membebani pembeli.

Kisah Cak Usman mencerminkan semangat seorang pengusaha kecil. Ia tidak hanya menjajakan makanan, tetapi juga menjaga warisan kuliner dan beradaptasi dengan tantangan yang menghadang. Loyalitas pelanggan yang tinggi, khususnya dari kalangan mahasiswa, membuktikan bahwa kualitas dan harga yang terjangkau adalah kunci keberhasilannya. Cak Usman membuktikan bahwa tradisi yang dikelola dengan kerja keras dan sentuhan inovasi kecil mampu bertahan dan berkembang, bahkan di tengah ketatnya persaingan bisnis

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun