Mohon tunggu...
Ulina Hotmaria Galingging
Ulina Hotmaria Galingging Mohon Tunggu... Guru - I Am Teacher

Pembelajar dari Alam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat dari Dunia Abu-Abu

17 Agustus 2018   14:41 Diperbarui: 17 Agustus 2018   15:02 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat dunia ku berwana abu-abu, fikiranku kembali mengingat pertemuan pertama dan mungkin saja menjadi pertemuan terakhir antara kau dan aku. Aku tak tau mengapa fikiranku selalu tertuju padamu, di saat aku bahkan lupa bagaimana bentuk wajahmu.

Alangkah indahnya rasa rindu yang kurasakan jika saat ini kau pun merasakan rasa rindu yang sama terhadapku. Rasa rindu ini tak dapat lagi terbendung oleh ku, tapi aku malu mengatakannya padamu, karna kita hanyalah orang yang kebetulan bertemu dan bertegur sapa. Kali ini aku hanya ingin mengirimkan surat padamu, surat yang aku harap kau terima tanpa harus aku sampaikan padamu.

Mengingat pertemuan itu, di saat aku bahkan tidak memiliki perasaan ini terhadapmu. Perasaan yang tumbuh ketika aku tidak lagi dapat melihat wajah  dan mendengar suaramu. Perasaan ini sangat menyiksaku, dia selalu tumbuh dan berkembang, bahkan kini mulai mekar, memacu dalam detak jantungku, dan mengalir bagai darah dalam urat nadi ku. Aku pun tak mengerti bagaimana bisa perasaan ini dapat tumbuh subur dalam hatiku, atau kah kau menyiramnya melalui rangkaian doa yang kau kirimkan dari tempat mu yang jauh.

Rindu yang kurasakan terhadapmu mungkin tak akan pernah dapat aku sampaikan langsung. Namun aku akan akan menuliskan nya menjadi sebuah surat dan berharap suatu hari nanti kau membacanya dan menyadari bahwa surat ini kutujukan padamu, seorang pria berinisial

"I"

Hai, pria pemberi semangat, penebar senyum penghilang rasa takut.Bagaimana kabar mu hari ini? Hari dimana aku masih tetap memikirkan tentang mu dan aura yang kau tebarkan bagi ku. Aku selalu bertanya-tanya dalam hati ku, apakah kau pernah mengingatku setelah pertemuan itu?                     Sakit rasanya menyadari bahwa hanya aku sendiri yang termakan oleh indahnya rayuan imajinasiku tentang mu. Aku tak tau mengapa aku selalu mengingat mu. walaupun aku bahkan sudah lupa bagaimana bentuk rupamu.

Orang banyak mungkin akan mengatakan aku sebagai wanita yang gila, wanita yang dengan bodohnya memberikan ruang hayalan pada pria yang bahkan mungkin tak mengingatnya. Ruang hayalan ini kuberikan pada seorang pria tanpa wajah, karna sebenarnya aku bahkan lupa bagaimana bentuk wajahmu. Mungkin memang inilah arti cinta yang para pujangga sering syairkan, cinta tanpa kata tanpa rupa, tapi tetap terasa indah.

Tempat mu di hatiku akan tetap kujaga, sampai suatu hari nanti kau mau datang dan mengisi tempat itu dengan energi yang baru. Tapi, jika kau tak juga kunjung datang, aku tak dapat menjanjikan tempat itu tetap menjadi milik mu. Bukan aku tak mau setia dan tak mau menunggumu datang mengisinya. Tapi, aku tak tau  takdir apa yang telah Sang Khalik tetapkan bagiku. Aku terlalu hina jika harus menentang takdir yang Dia telah tetapkan.

Untuk perasaaan yang semakin mekar ini, aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan padamu, hay pria beraura bijaksana. Racun apakah yang telah kau tebarkan saat itu? Sebuah racun yang mematikan kebebalan dalam hatiku, kebebalan akan hadirnya perasaan cinta.

Lama aku mencari ramuan penawar dari racun yang tak sengaja telah terhirup oleh ku. Atau, memang hanya kau yang tau bagaimana membuat penawarnya? Sudikah kiranya kau memberikan ku penawar itu? Agar aku tidak lagi terlarut-larut dalam bayang-bayang imajinasi tentangmu.

Imajinasiku tentang mu yang semakin menggebu dan membuatku  takut. Aku takut menjadi  nyaman dengan keadaan ini, sehingga aku tak dapat keluar dari imajinasi ini. Tegakah kau jika aku harus "mati" membawa racun rasa cinta yang terhirup oleh ku tanpa sengaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun