Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Aku (Perempuan) Harus Bahagia!

22 Maret 2022   14:41 Diperbarui: 22 Maret 2022   14:50 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku Harus Bahagia - by Ulihape

08 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia alias Women International Day. Mengapa sampai dunia harus memikirkan hari khusus bagi perempuan? Itu karena kita memang istimewa!

Belum usai beragam event terkait Women International Day, kemarin siang aku kembali membaca berita ada Ibu yang menghabisi nyawa anaknya dengan tujuan supaya tak menderita. Bagaimana mungkin seorang Ibu bisa berpikir demikian? Tentu karena dirinya tak bahagia! Lalu beramai-ramai kita meminta para suami untuk lebih peka, tapi nyatanya pria memang makhluk dengan takdir tak peka, kita mau apa?

Berita kemarin bukanlah yang pertama, beberapa tahun lalu juga ada seorang Ibu yang berpikir demikian "membunuh anak supaya mereka tak  mengalami kesusahan hidup, supaya anak tak merasakan derita Ibunya". Tentu saja perbuatan mereka salah, namun apakah tugas kita mengutuknya? Mari belajar dari kisah mereka, hadirlah menjadi Perempuan yang bahagia.

Menjadi bahagia itu takarannya bukanlah materi, bukan pula iman namun kesadaran Perempuan itu sendiri! Aku tak bisa bahagia? Mengapa? Cari sebabnya lalu temukan solusinya.

Perempuan dan Deritanya

Perempuan ini memang unik, dikala kita menuntut keseteraan gender tapi disitu pula kita masih "menuntut' untuk dianggap sebagai perempuan. Misal saja ketika di kendaraan umum sering kali aku masih memandang bahwa laki-laki yang duduk tanpa mau memberi kursinya bagi perempuan adalah pria egois. Atau katakan ketika dalam antrian aku masih suka mengungkapkan "lady first, boleh?" Belum lagi "Mom War" dimana para perempuan saling beradu menjadi sosok perempuan sempurna, yang melahirkan normal memberi quote bahwa kesempurnaan itu baru dirasa kalau anak keluar dari vagina, sebaliknya Ibu yang melahirkan caesar meminta perempuan lain untuk membayangkan sakitnya sayatan di perutnya. Ibu pekerja menderita dengan judgement para Ibu Rumah Tangga, Si gadis tersiksa dengan pertanyaan perempuan beranak satu "kapan nikah?" atau si Ibu yang punya ASI bisa heran melihat aku dengan payudara besar tapi memberi anakku susu formula. Semuanya membuat kita menderita, derita itu bukan datang dari makhluk lain melainkan dari perempuan itu sendiri.

Bahagialah Wahai Perempuan

Hatiku kerap menangis, bila mendapati ada perempuan yang sudah menjadi Ibu namun karena jiwanya tertekan maka dia menganggap bahwa ktakbahagiaan yang dirasakannya adalah milik seisis dunianya, padahal tidak demikian. Wahai Perempuan mari kita bahagia, aku mencoba bahagia dengan caraku, aku berusaha waras untuk orang disekelilingku, aku tahu mungkin caraku tak benar namun dengan ini aku bisa memilih untuk bahagia.

  1. Terima diri dan keadaanmu, sejak kecil aku tak pernah protes! aku menerima diriku yang tak langsing berhidung pesek, aku menerima hadir ditengah kedua orangtua ku yang biasa saja. Penerimaan ini membuat aku nyaman, aku merasa tak perlu membandingkannya dengan milik orang lain. Jadi terimalah diri kalian, kondisi kalian, dengan cara apa? Bersyukur tentunya, jangan hanya melihat sisi baik tetangga, mereka juga pasti punya sisi yang tak kita inginkan.
  2. Marahlah! Ketika ingin marah maka keluarkan, lebih bagus kalau bisa dikelola. Aku tak pernah menahan amarah, namun aku hanya menunggu momen. Misal ketika aku tak suka melihat cara suami membersihkan kamar mandi maka aku terima dulu, aku tunggu ketika jadwalnya harus kembali membersihkan baru aku sampaikan bagaimana seharusnya, malah kadang aku ikut terlibat supaya next suami nggak ngeselin lagi, karena sudah membersihkan kamar mandi sesuai standard ku. Begitu juga kepada anak, marah saja utarakan isi hati mu jangan simpan untuk ditimbun, nggak ada gunanya! Marah itu harus dikelola, mengelola amarah juga harus sesuaikan dengan kemampuan kalian jangan tunduk pada omongan atau teori para pembicara karena yang tahu hidup kita adalah kita bukan mereka.
  3. Luangkan Waktu, ini kata orang modern adalah me time. Me time ini nggak harus ke salon, intinya adalah luangkan waktu untuk dirimu. Bila lelah masak maka nggak usah masak, kalau suami bertanya sampaikan bahwa dirimu lelah, minta dia yang atur menu makanan hari itu. Aku kerap membiarkan rumah berantakan, biarkan dia berantakan jangan paksa diri kalian untuk berbenah saat lelah. 
  4. Curhat, cara terbaik mengurangi derita adalah dengan bercerita, curhatlah pada siapa saja yang kalian anggap bisa bercerita. Jangan pernah takut akan menjadi gunjingan karena percayalah tanpa curhatan itupun kita sudah digunjingkan. Aku suka curhat ke Ipar melaporkan ketidak sukaanku atas sifat suami, aku nggak masalah mereka pandang ini seperti membuka aib, lah daripada aku gila mikirn kelakuan suami haha mending aku laporin toh nyatanya ini bisa bikin perubahan yang lebih baik.
  5. Mandirilah! jangan berpikir bahwa kita baru bisa bahagia ketika suami membantu kita. Pria ini memang ditakdirkan nggak peka jadi nggak usah berharap mereka paham tanpa diminta, memang ngeselin kalau apa-apa harus disampaikan tapi ini jauh lebih baik daripada memendamnya sendiri.
  6. Berbagi Tugas dengan Suami, kalau suami nggak bisa kasih budget bayar pembantu maka rayu dia untuk membantu tugas rumah, para suami ini tahu diri kok maka mereka akan membantu. Kasih mereka pilihan "Ayah mau menyapu atau mencuci piring?" , suamiku dengan bahagia memilih mencuci piring, berbagi tugas juga bukan jaminan langsung bahagia karena perempuan itu punya standard berbeda dengan pria maka perempuan harus bisa berterima kasih atas hasil apapun yang dilakukan suami
  7. Tetap dekat dengan Tuhan, mungkin tak ada teori atau penelitian yang menunjukkan korelasi positif antara kedekatan tuhan dan kewarasan Jiwa namun yang pasti ketika kita dekat dengan Tuhan yakinlah bahwa Tuhan nggak akan jauh dari kita, berharap kita disentuh hatinya ketika merasa kecewa, beraharp Tuhan akan mengalihkan rasa emosi sepersekian detik yang bisa membawa kita pada bencana.

Bukan hanya merdeka untuk sejajar dengan pria, kita juga harus bisa merasa aman dan nyaman ketika berdampingan dengan perempuan lain. Selayaknya memang perempuan harus bahagia, ketika perempuan bisa bahagia maka percayalah bukan hanya dirinya tapi dunianya dibuat bahagia. 

Karena itu buat kalian para suami, meski kalian tak peka, meski kalian tak mampu menyelami hati perempuan tapi kalian bisa bertanya "apa yang harus Ayah bantu?", "apa yang harus Ayah perbaiki?", "sudahkah Bunda bahagia dengan hidup kita?" percaya deh pertanyaan ini hanya butuh beberapa detik tapi mampu membuat jiwa perempuan lebih baik. 

Wahai Perempuan mari kita bahagia untuk kita dan seisi dunia, ucapkan mantra ini setiap saat "Aku harus bahagia"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun