Mohon tunggu...
Ulfa Nur Hasanah
Ulfa Nur Hasanah Mohon Tunggu... -

aku anak pertama dr 4 bersaudara dr pasangan asikin dan puji lestari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas Essay MPA FIP 2014

23 Agustus 2014   02:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:48 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

UJIAN NASIONAL

Ujian Nasional adalah suatu tes tertulis untuk siswa yang berada di tingkatan satuan pendidikan. Ujian Nasional (UN) berguna untuk menentukan kelulusan. Dari perolehan nilai siswa kita mendapatkan gambaran kemampuan siswa dibidang akademik yang cenderungfluktuatif disetiap tahunnya. Diperlukan biaya kurang lebih 580 milyar untuk pelaksanaan UN tersebut. Biaya itu dipergunakan antara lain unttuk mencetak soal, biaya pengawasan, biaya pengoreksian, biaya pembuatan soal dan berbagai hal lainnya.

Ketika mendengar kata, “UN” , pikiran kita akan melayang membayangkan pengalaman melewati masa-masa kritis penghujung sekolah, setumpuk buku, les tambahan yang cukup merogoh kantong orang tua. Ujian Nasional menjadi momok menakutkan bagi para siswa. Seakan-akn Ujian Nasional lah penentu masa depan para siswa. Setiap tahun kata “tidak lulus” yang tertera di amplop saat pengumuman kelulusan dapat membuat siswa depresi hingga menelan korban bunuh diri. Tidak hanya siswa yang menanggung beban psikologis , tetapi orang tua para siswa ikut menanggung perasaan malu di masyarakat. Di tambah lagi reputasi sekolah akan dinilai buruk ketika memiliki tingkat ketidaklulusan yang tinggi. Hal ini memancing para guru untuk melakukan kecurangan saat ujian nasional. Ujian Nasional tak ubahnya seperti monster tangguh yang dilawan dengan konspirasi siswa-guru. Alangkah gawatnya negeri ini, generasi muda dipupuk nilai-nilai korup dan menghancurkan budaya jujur dan sportifitas. Pada akhirnya Ujian Nasional menjadi ajang kecurangan “yang mahal” dari tingkat elit hingga tingkat bawah. Adanya UN sampai saat ini telah menimbulkan dampak negatif pada proses pembelajaran dalam kelas. Guru yang mengajar mata pelajaran yang diujikan cenderung fokus pada bagaimana membuat siswa terbiasa menjawab soal-soal ketimbang memproses kemampuan berpkirnya. Proses belajar-mengajar sering kalitersulap menjadi sekedar berlatih-latih soal yang akan keluardalam tes-tes di sekolah.Dengan demikian, kesempatan siswa untuk berlatih berpikir kritis relatif terbatas.

Ujian Nasional jelas tidak memiliki manfaat terhadap kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Hambatan sistem pendidikan kita terletak pada akar ekonomi-politik kapitalistik yang dijalankan oleh pemerintah agen kapitalisme. Selama akar persoalan masih kuat mencengkram Indonesia maka akan sangat sulit mewujudkan pendidikan berkualitas, demokratik, adil/setara hingga bervisi kerakyatan. Karena pemerintah yang kapitalistik tidak berkeinginan membangun sistem pendidikan yang pro terhadap kepentingan rakyat. Jalan keluar dari krisis pendidikan di Indonesia tidak bisa lagi disandarkan pada pemerintah agen kapitalisme. Kegaduhan ujian nasional hanyalah riak-riak kecil dalam tubuh sistem pendidikan yang sekarat ini. Pendidikan hakikatnya adalah alat bagi rakyat untuk menumbuhkembangkan potensi diri (kognitif,afektif, dan psikomotrik) guna menjawab potensi alam demi kesejahteraan betsama. Ujian Nasional harus dihapuskan, solusinya bukan dengan memformulasikan kembali ujian nasional, tetapi dengan menyelesaikan akar persoalan sistem pendidikan yang kapitalistik. Ketika pendidikan mahal maka semakin rendah rakyat dalam mengelola potensi diri dan potensi alam. Dan, selanjutnya semakin hancur tenaga produktif rakyat. Hingga akhirnya rakyat akan jatuh pada jurang kemiskinan dan kebodohan.

Alangkah baiknya UN ditiadakan, coba kita bayangkan dana 580 milyar itu kita gunakan untuk membantu saudara kita yang tertimpa musibah, atau pembangunan sekolah yang sangat bermanfaat bagi siswa. Tapi dengan adanya UN dana tersebut minim manfaatnya. Dengan tidak lulusnyasiswa dalam UN siswa gagal dalam 3 tahun perjuangan di sekolah tingkat SMP dan SMA. Padahal UN hanya diadakan 3 hari, dan dilaksanakan dalam waktu 6 x 120 menit. Apakah itu setimpal dengan perjuangan siswa selama 3 tahun di sekolahnya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun