Mohon tunggu...
Ulfa Anggraini
Ulfa Anggraini Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Ayo menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepatu Permen

23 November 2020   22:39 Diperbarui: 23 November 2020   22:53 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu tidak boleh berbicara seperti itu Dela" jawab ibunya.

"Pokoknya Dela tidak mau sekolah sebelum dibelikan sepatu itu!'bentak Dela lagi.

Ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban dari Dela.

Dela tidak pernah menayadari entah kesalahan apa yang pernah dilakukannya sehingga ibunya memperlakukannya seperti itu.

***

Sudah seminggu Dela tidak masuk sekolah, sudah seminggu juga dia jarang makan. Kepalanya pusing dan mual. Pagi itu diatas meja depan pintu kamarnya terdapat sebuah kotak berwarna pink dan sepucuk surat diatasnya. Rumah tampak sepi tanpa seorang pun, dengan pandangan yang agak sedikit buram Dela membuka kotak itu dan betapa kagetnya dia setelah melihat isi didalamnya. Sepasang sepatu berwarna  pink lembut, dengan paduan putih dipinggirnya. Diatas sepatu itu terdapat bentuk seperti permen kecil, mirip sekali dengan permen yang di bungkus ujung kanan dan kirinya.

Dela juga membuka surat yang terdapat di kotak itu,

Untuk Dela

Pagi ini Dela harus pergi ke sekolah. Maafin ibu baru bisa beli sekarang yang Dela pengen. Kebetulan kemarin ibu banyak dapat pelanggan jahitan ibu, jadi bisa baru beli sekarang. Kemarin ibu takut harus bilang iya karena ibu tidak ingin seperti dulu tidak bisa membeli keinginan Dela. Jangan marah lagi Dela.  Jangan lupa sarapannya di meja makan.                                                                                                    

Ibu

Tanpa sadar Dela meneteskan air matanya, begitu peduli ibu padanya. Dela sadar ternyata selama ini Dela salah menilai ibunya yang tidak pernah peduli dengannya. Selama ini ibu mengumpulkan uang demi kesenangannya, yang hanya bisa menggerutu, maupun membentak ibunya. Sungguh berdosanya Dela ini ujarnya dalam hati. Dela berjanji didalam hatinya tidak akan menggerutu maupun membentak ibunya lagi jika keinginannya tidak bisa dipenuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun