Di sini aku terlentang menatap langit-langit kamar. Air mata ta berhenti mengalir menangisi diri mendengar putriku,
"mama, bertobatlah selama jalan tobat itu masih terbuka" dia putri kecilku yang selama ini kusia-siakan demi karier dan ego mengucapkan kata-kata tersebut sangat menjengukku. seketika ada hangat mengalir dalam relung sanubari.
"Bahagia berarti takwa,ma" katanya kembali.
"Jika mama ingin hidup mama bahagia ikutilah jalan takwa, jika mama bertakwa otomatis hidup mama bahagia" lanjutnya lagi sambil memijat kakiku. butiran bening meleleh dimataku. Tak kuasa begitu terharunya putri kecilku mengajarkan hal ini.
"Mama jangan benci Mama Nisha, ya" pintanya
Pahit mendengar kata wanita itu diucapkan putriku." Mama nisha baik" katanya kembali.Nisha,nisha, ya wanita itu maduku yang telah merebut segalanya dariku kenapa aku tidak boleh benci padanya.
"Dulu mama yang telah memberikan aku dan papa pada mama Nisha" kata putriku. Mendengar itu tangis tak tertahan keluar dari mataku.aku tergugu menagisi apa yang kulakukan pada maduku.
"Sekian lama ku cari kebahagiaan namun yang kutemukan adalah sebuah kesia-siaan,bahkan aku harus kehilangan anakku sendiri" ku hela nafas untuk melonggarkan kesesakan dalam dada. Selama ini aku hanya berkutat dalam diri dan egoime belaka, tak pernah ku pedulikan ada hati yang terluka.
***
Almanita namaku. Aku dilahirkan sebagai wanita sempurna, dari keluarga terpandang, paras cantik dan otak cerdas. Kulalui masa remajaku dengan penuh gemilang dan prestasi, selalu unggul disekolah dan menjadi pujaan banyak pria. Bahkan sampai bangku kuliahpun apa yang kumiliki tidak berubah sedikitpun sampai lulus menjadi lulusan terbaik.
Dibangku ini pula hatiku terpaut pada Mas Adam Sabhara, yang kini dari suamiku.dia Ketua Bem dari fakultas tehnik, pria dengan sejuta pesona telah menawan hatiku dan mengajak ke jenjang pernikahan setelah kuliah usai. Awalnya orang tua Mas Adam menolak, karena Mas Adam telah dijodohkan dengan gadis pilihan kakeknya yang sekarang sedang mondok diluar daerah. Namun kegigihan cinta kami telah memutus segalanya. Orang tua menerima kisah cinta kami terpaut dalam mahligai pernikahan.