Mohon tunggu...
Uki Murdiyati
Uki Murdiyati Mohon Tunggu... Guru - Wanita, seorang ibu rumah tangga guru pembisnis

seorang guru yang lahir diTegal 15 Oktober 1981 lalu. Berusaha untuk terus belajar menjadi pembelajar sejati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerudung Biru dari Maduku

20 Maret 2021   08:54 Diperbarui: 20 Maret 2021   08:58 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sini aku terlentang menatap langit-langit kamar. Air mata ta berhenti mengalir menangisi diri mendengar putriku,

"mama, bertobatlah selama jalan tobat itu masih terbuka" dia putri kecilku yang selama ini kusia-siakan demi karier dan ego mengucapkan kata-kata tersebut sangat menjengukku. seketika ada hangat mengalir dalam relung sanubari.

"Bahagia berarti takwa,ma" katanya kembali.

"Jika mama ingin hidup mama bahagia ikutilah jalan takwa, jika mama bertakwa otomatis hidup mama bahagia" lanjutnya lagi sambil memijat kakiku. butiran bening meleleh dimataku. Tak kuasa begitu terharunya putri kecilku mengajarkan hal ini.

"Mama jangan benci Mama Nisha, ya" pintanya

Pahit mendengar kata wanita itu diucapkan putriku." Mama nisha baik" katanya kembali.Nisha,nisha, ya wanita itu maduku yang telah merebut segalanya dariku kenapa aku tidak boleh benci padanya.

"Dulu mama yang telah memberikan aku dan papa pada mama Nisha" kata putriku. Mendengar itu tangis tak tertahan keluar dari mataku.aku tergugu menagisi apa yang kulakukan pada maduku.

"Sekian lama ku cari kebahagiaan namun yang kutemukan adalah sebuah kesia-siaan,bahkan aku harus kehilangan anakku sendiri" ku hela nafas untuk melonggarkan kesesakan dalam dada. Selama ini aku hanya berkutat dalam diri dan egoime belaka, tak pernah ku pedulikan ada hati yang terluka.

***

Almanita namaku. Aku dilahirkan sebagai wanita sempurna, dari keluarga terpandang, paras cantik dan otak cerdas. Kulalui masa remajaku dengan penuh gemilang dan prestasi, selalu unggul disekolah dan menjadi pujaan banyak pria. Bahkan sampai bangku kuliahpun apa yang kumiliki tidak berubah sedikitpun sampai lulus menjadi lulusan terbaik.

Dibangku ini pula hatiku terpaut pada Mas Adam Sabhara, yang kini dari suamiku.dia Ketua Bem dari fakultas tehnik, pria dengan sejuta pesona telah menawan hatiku dan mengajak ke jenjang pernikahan setelah kuliah usai. Awalnya orang tua Mas Adam menolak, karena Mas Adam telah dijodohkan dengan gadis pilihan kakeknya yang sekarang sedang mondok diluar daerah. Namun kegigihan cinta kami telah memutus segalanya. Orang tua menerima kisah cinta kami terpaut dalam mahligai pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun