Mohon tunggu...
Ibnu Muksani
Ibnu Muksani Mohon Tunggu... -

Manusia yang sedang belajar untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Pengamal Tradisi Iblis?

16 Oktober 2010   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iblis adalah musuh kita yang nyata. Secara terang-terangan dia mengatakan kepada Tuhan bahwa dia akan berusahan semaksimal mungkin menyesatkan manusia dari jalan yang benar menuju jalan yang akan membawa manusia menuju kesengsaraan dunia dan akhirat. Iblis adalah mahluk Allah yang cerdas, sehingga strategi-strategi yang dia gunakan untuk menyesatkan manusia juga sulit untuk ditebak. Tanpa sadar kita sudah terjerumus di dalamnya. Bahkan sebagian menjadikannya sebagai tradisi. Saya sudah lebih dari sering mendengar sebuah pepatah yang berbunyi : Telat adalah salah satu tradisi Indonesia. Saya kira mungkin ini adalah salah satu penyebab dari susahnya Indonesia bergerak menjadi Negara Maju. Dari awal sampai sekarang, 65 tahun membangun Indonesia tetap betah pada posisi Negara berkembang. Berkembang terus tidak kunjung berbuah. Tapi pepatah di atas memang bukan Cuma pepatah. Tapi banyak kejadian di sekitar kita (yang masih dalam wilayah Indonesia) yang menunjukkan bahwa telat itu benar-benar sudah memtradisi. Penulis sendiri kerap kali mengikuti kegiatan yang dimulai dengan waktu yang jauh mulur dari jadwal. Dalam kesempatan lain dalam kegiatan yang sama, saat saya pantau waktu kegiatan tersebut itu dimulai, ternyata sama dengan waktu sebelumnya, mundur dari jadwal yang telah ditetapkan. Tradisi. Sempat terlintas dalam benak saya, apakah yang salah itu pembuatan jadwal karena waktu mulainya terlalu cepat. Barangkali karenanya para peserta tidak dapat mengikutinya dari awal. Akhirnya saya usulkan agar dalam kegiatan selanjutnya jadwal mulai diundur disesuaikan dengan rata-rata kehadiran para peserta dalam kegiatan sebelumnya. Hasilnya, ternyata para peserta tetap datang terlambat dari jadwal yang telah ditetapkan walaupun jadwal sudah diundur. Tanya kenapa?? Para Pelestari Tradisi. Dalam lembaga pendidikan yang saya aktif didalamnya, juga tidak mau ketinggalan melestarikan tradisi Indonesia yang satu ini : telat. Jadwal masuk yang telah ditetapkan pada awalnya adalah Pukul 13.00 WIB. Tapi karena para pegawai rata-rata datang pukul 13.30 WIB (telat 30 menit), maka dalam rapat bulanan saya mengusulkan agar jadwal masuk di undur menjadi pukul 13.30. Peraturanpun dirubah. Jam masuk menjadi pukul 13.30. sekarang coba tebak, jam berapa para pegawai datang ?? Ya ... benar !! Pukul 14.00 WIB. Teta telat 30 menit walaupun jadwal sudah diundur. Dalam berbagai rapat-rapat tingkat desa yang kera saya ikuti juga turut melestarikan tradisi telat. Dalam undangan tertera bahwa rapat dimulai pukul 19.30 WIB (Ba'da Isya). Dalam prakteknya, rapat baru bisa dimulai pada pukul 20.30 WIB (lebih parah! mundur satu jam). Kalau toh dipaksakan rapat dimulai tepat waktupun percuma, karena pesertanya belum ada datang. Mau rapat dengan siapa ?? Dalam kasus rapat di atas, saya sempat mengajak teman yang juga di undang agar hadir tepat waktu. Tapi dia menjawab agar datangnya nanti saja. Sebab kata dia kalau datang sekarang di tempat rapat belum ada siapapun. Lohh?? Saya bilang justru karena "pendapat" yang semacam inilah di sana tidak ada siapapun walaupun seharusnya sudah mulai. Menurut saya tidak semua tradisi itu perlu dilestarikan. Terlebih tradisi yang satu ini : telat. Marilah bersama-sama kita perangi dan kita musnahkan dari muka bumi tradisi telat ini. Ingat! Bahwa walaupun kelihatannya sederhana dan sepele, tradisi telat ini dalah salah satu perangkap iblis terhadap kita agar menuju kehancuran. Bila tidak mau tahu bagaimana trik membasmi tradisi telat, jangan baca resep ampuh berikut : Pertama, mulai dari diri sendiri Jangan pernah berfikir rugi kalau datang paling awal. Apalagi iri dengan teman yang biasa telat. Jadikan diri anda pahlawan yang rela berkorban sedihnya sendirian, demi hilangnya tradisi telat. Kalau semua orang berpikir seperti ini, musnahlah tradisi telat. Kedua, tulis slogan anti telat Gunakan kalimat yang menggundang emosi, misalkan "telat adalah tradisi setan, jangan lestarikan". Tempel slogan itu di tempat-tempat pertemuan dilokasi yang mudah dibaca. Itu menjadi alat sosialisasi ya super ampuh. Ketiga, beri potongan gaji bagi yang telat Hal ini berlaku untuk lembaga2 komersial. Berikan sanksi yang memiliki efek jera. Saya pikir tiga saja sudah cukup ampuh untuk membasmi tradisi telat. Itu kalau benar2 dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Silahkan kalau ada teman yang mau menambahkan.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun