Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ini, grand konstruksi kebenaran (1)

17 Januari 2015   23:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:55 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421488530610054706

[caption id="attachment_391366" align="aligncenter" width="300" caption="wiraarsitek.com"][/caption]

.....

PENDAHULUAN

'Kebenaran' adalah sebuah konsep yang untuk memahaminya (secara utuh-menyeluruh) tak cukup dengan hanya melihat dan atau menganalisis serta mendalaminya hanya dari satu sisi-satu dimensi,analoginya apabila anda ingin mengenal bentuk bangun arsitektur sebuah gedung besar maka anda harus melihatnya dari berbagai sisi-sudut pandang,sisi kiri-kanan,depan belakang,luar-dalam untuk dapat memahaminya secara utuh.sehingga keliru bila ingin memahami konsep kebenaran (menyeluruh) cukup dengan hanya menelusur atau mengenali satu bagannya saja

Dan sebab perintah 'berfikir' dalam kitab suci itu analoginya ibarat kita memberi anak kita potongan potongan teka teki mainan puzzle untuk dirangkai menjadi kesatu paduan gambar puzzle yang utuh.kita melatih sang anak untuk berfikir menyatu padukan potongan potongan mainan puzzle itu,bukan untuk mengenali potongan demi potongan nya

Tuhan memberi manusia berbagai bahan-obyek bagi terbentuknya pengenalan terhadap adanya konsep 'kebenaran' (utuh-menyeluruh) dan itu terserak diberbagai penjuru bumi,di barat maupun timur-utara atau selatan,juga pada berbagai institusi : sains-filsafat-agama,masing masing menemukan dan atau mengungkap bagan tersendiri dari kebenaran,sains menelusur bentuk kebenaran empirik ,bentuk kebenaran yang bisa diverifikasi pengalaman dunia indera,filsafat menelusur bentuk kebenaran sebatas yang bisa difahami oleh tata cara berfikir akal yang systematis,dan agama menelusur bentuk kebenaran yang sudah berada diluar wilayah keduanya-diluar yang dapat diverifikasi pengalaman dunia inderawi dan diluar dari yang dapat diraba atau ditelusuri oleh kemampuan akal fikiran berlogika,misal perihal 'hakikat' serta makna terdalam dari segala suatu.sekaligus menegaskan bahwa dibalik kebenaran empirik yang ditemukan sains ada bentuk kebenaran abstrak-metafisik yang dapat ditelusuri oleh filsafat dan lebih jauh lagi oleh agama.sehingga keliru apabila semua itu cenderung secara langsung dibenturkan satu sama lain, bukannya berupaya untuk dipadukan


Adanya bagan-lapisan dari kebenaran itu identik-paralel dengan adanya beragam jenis ilmu,ada ilmu empirik-ilmu sari'at-ilmu logika-ilmu hakikat-ilmu hikmat,masing masing menelusur serta mengungkap bagan tersendiri dari kebenaran.ilmu empirik seperti yang digumuli para saintis mengungkap bagan dari kebenaran yang dapat diverifikasi pengalaman inderawi (kebenaran empirik),ilmu sari'at-ilmu logika mengungkap bagan dari kebenaran yang dapat direkonstruksi oleh mekanisme hukum kausalitas (prinsip sebab-akibat),sedang yang lebih mendalam seperti ilmu hakikat-ilmu hikmat mengungkap bagan dari kebenaran yang bersifat lebih mendalam pula (bersifat essensial)

Demikian pula adanya bentuk kebenaran (menyeluruh) yang berlapis itu identik-paralel dengan adanya peralatan berfikir dalam diri manusia yang juga berlapis.dunia inderawi menangkap dan mengelola bentuk kebenaran yang bersifat empirik,akal menangkap dan mengelola bentuk kebenaran rasionalistik dan hati menangkap dan mengelola bentuk ilmu-kebenaran yang lebih mendalam-bersifat essensial seperti problem hakikat-makna terdalam dari segala suatu yang memang memerlukan HATI untuk dapat mendalami dan memahaminya. dan untuk memahami tata urutan seperti ini maka mau tak mau manusia harus berupaya memadukan serta mengurutkan apa yang telah ia temukan dari sains-filsafat serta agama

Pemahaman terhadap konstruksi 'kebenaran' seperti ini mungkin tIDak akan anda temukan melalui pendidikan akademik yang lebih mengutamakan menelusur ilmu serta bentuk kebenaran yang bersifat empirik karena lebih mementingkan faktor 'pragmatik' nya.dan juga mungkin tak akan anda temukan dalam dunia filsafat yang lebih orientasi pada menelusur bagan per bagan dari problem kebenaran dan mengungkap pandangan pemikir per pemikir,(tidak orientasi pada merekonstruksikan keseluruhannya).dan kedua, masih dominannya kacamata sudut pandang saintisme di atas muka bumi ini yang mengkonsep 'ilmu' sebatas 'segala suatu yang dapat dibuktikan secara empirik' sehingga diluar dapat diverifikasi secara empirik dianggap 'bukan wilayah ilmu' dan konsekuensinya dianggap 'bukan wilayah kebenaran'. saintisme inilah yang memisahkan filsafat-agama dari wilayah ilmu-kebenaran (yang dianggap valid) dan menempatkannya hanya sebagai 'wacana-dogma-doktrin'

Apa yang saya ungkap adalah semacam 'guide'atau petunjuk jalan bagi para pencari kebenaran sejati (yang tidak puas dengan hanya mengenal bagan 'yang empirik' semata misal) agar dapat mengenal 'peta' dari apa yang hendak anda cari,atau peta dari problem kebenaran menyeluruh.dan agar tak terperosok pada bentuk pemikiran spekulatif yang malah bisa menyesatkan.sebab memang ada banyak pemikir bahkan kelas dunia yang menawarkan 'jalan' untuk tiap problem metafisis yang anda temukan

Dan kehadiran saya di Kompasiana utamanya sebenarnya adalah untuk mengungkap rahasia grand konstruksi kebenaran ini,sebab itu saya cukup bersemangat bahkan untuk menulisnya secara berulang ulang dengan maksud tujuan agar lebih familiar dan difahami.dan dengan sebuah keprihatinan bahwa kini-di zaman ini dalam memahami kebenaran sebagian manusia cenderung parsialistik-cenderung memahaminya secara terkotak kotak-tercerai berai,dan itu bisa jadi akibat konsep pendidikan akademik yang lebih orientasi pada memasukkan disiplin per disiplin keilmuan tanpa berupaya mencari jalan bagaimana memahami keseluruhannya secara menyatu padu.' apakah keterkotakan' atau cara berfikir parsialistik adalah sebuah 'budaya berfikir akademik' (?) ... silahkan sebaiknya didalami saja ..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun