ILMU-KEBENARAN ITU BERLEVEL
Seseorang berkata; "Kebenaran itu kalau tidak berdasar fakta maka subyektif".Dan banyak orang yang dalam persoalan kebenaran mengutamakan fakta karena fakta memberi nilai kepastian yg bersifat umum.Fakta adalah bentuk kebenaran yang dapat ditangkap secara indera oleh semua orang-umum tanpa kecuali,siapapun- apapun agama-kepercayaan atau ideologinya
Masalahnya adalah ; Apakah fakta bisa menyelesaikan semua persoalan kebenaran ?
Apakah semua persoalan kebenaran bisa diselesaikan dengan pembuktian empirik ?
Apakah kebenaran empirik (berdasar fakta inderawi) adalah "kebenaran terakhir" ?
Itu masalah serta pertanyaan yang wajib direnungi oleh para pencari kebenaran sejati supaya kita tahu bahwa persoalan kebenaran itu teramat sangat kompleks yng bukan hanya berkaitan dengan aspek  pembuktian empirik (fakta yang diketahui secara indera)
Andai-kalau semua hal bisa diempiriskan-bisa ada bukti empirisnya maka semua persoalan ilmu-kebenaran akan selesai di level empirik. Masalahnya adalah ; Bila berhenti sampai level empirik maka akal tidak akan banyak berfungsi-otorotas akal-kebenaran akali tidak akan dikenali. Pendalaman- penghayatan metafisis-makna makna serta "kebenaran hakiki" tidak akan dikenali
IInilah "takdir" manusia ; BERHADAPAN DENGAN PERSOALAN KEBENARAN YANG KOMPLEKS
Adanya filsafat-metafisika serta agama disamping ilmu (sains) fisika itu sudah menunjukkan bahwa persoalan ilmu-kebenaran tidak selesai dan tidak berhenti di level ilmu dan kebenaran empirik
Persoalan kebenaran itu sebenarnya hierarkis-berlevel; Pada level paling permukaan adalah kebenaran empirik-ini level yg semua orang tanpa kecuali akan menerima termasuk orang awam.Level lebih tinggi justru level dimana orang harus mulai menggunakan keterampilan bermain logika dan tak bisa cuma mengandalkan input inderawi-walau dibantu alat teknologi.
Dan itulah karakter ilmu-kebenaran pada dimensi metafisika yaitu penggunaan akal akan dominan-otoritas (kekuasaan) akal akan dimunculkan,kemandirian akal yang lepas dari input inderawi akan diuji secara nyata.Ujian berpikir yang lebih berat adalah ketika akal sudah tak lagi berdampingan dengan input indera (seperti ketika keduanya bermain dalam ilmu fisika).
Dalam ilmu ilmu fisika akal dan fakta indera bermain berbarengan membentuk misal teknologi-Masuk ke ruang metafisika akal akan sering bermain sendirian tanpa didampingi fakta yang sifatnya langsung