Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jalan berjenjang dari fisika ke metafisika

6 Oktober 2025   07:40 Diperbarui: 6 Oktober 2025   07:40 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images; Chris ferrie-Medium

ILMU-KEBENARAN ITU BERLEVEL

Seseorang berkata; "Kebenaran itu kalau tidak berdasar fakta maka subyektif".Dan banyak orang yang dalam persoalan kebenaran mengutamakan fakta karena fakta memberi nilai kepastian yg bersifat umum.Fakta adalah bentuk kebenaran yang dapat ditangkap secara indera oleh semua orang-umum tanpa kecuali,siapapun- apapun agama-kepercayaan atau ideologinya

Masalahnya adalah ; Apakah fakta bisa menyelesaikan semua persoalan kebenaran ?
Apakah semua persoalan kebenaran bisa diselesaikan dengan pembuktian empirik ?
Apakah kebenaran empirik (berdasar fakta inderawi) adalah "kebenaran terakhir" ?

Itu masalah serta pertanyaan yang wajib direnungi oleh para pencari kebenaran sejati supaya kita tahu bahwa persoalan kebenaran itu teramat sangat kompleks yng bukan hanya berkaitan dengan aspek  pembuktian empirik (fakta yang diketahui secara indera)

Andai-kalau semua hal bisa diempiriskan-bisa ada bukti empirisnya maka semua persoalan ilmu-kebenaran akan selesai di level empirik. Masalahnya adalah ; Bila berhenti sampai level empirik maka akal tidak akan banyak berfungsi-otorotas akal-kebenaran akali tidak akan dikenali. Pendalaman- penghayatan metafisis-makna makna serta "kebenaran hakiki" tidak akan dikenali

IInilah "takdir" manusia ; BERHADAPAN DENGAN PERSOALAN KEBENARAN YANG KOMPLEKS

Adanya filsafat-metafisika serta agama disamping ilmu (sains) fisika itu sudah menunjukkan bahwa persoalan ilmu-kebenaran tidak selesai dan tidak berhenti di level ilmu dan kebenaran empirik

Persoalan kebenaran itu sebenarnya hierarkis-berlevel; Pada level paling permukaan adalah kebenaran empirik-ini level yg semua orang tanpa kecuali akan menerima termasuk orang awam.Level lebih tinggi justru level dimana orang harus mulai menggunakan keterampilan bermain logika dan tak bisa cuma mengandalkan input inderawi-walau dibantu alat teknologi.

Dan itulah karakter ilmu-kebenaran pada dimensi metafisika yaitu penggunaan akal akan dominan-otoritas (kekuasaan) akal akan dimunculkan,kemandirian akal yang lepas dari input inderawi akan diuji secara nyata.Ujian berpikir yang lebih berat adalah ketika akal sudah tak lagi berdampingan dengan input indera (seperti ketika keduanya bermain dalam ilmu fisika).

Dalam ilmu ilmu fisika akal dan fakta indera bermain berbarengan membentuk misal teknologi-Masuk ke ruang metafisika akal akan sering bermain sendirian tanpa didampingi fakta yang sifatnya langsung

Di level empiris orang menangkap realitas yang beragam-berwarna warni-plural,Nah dilevel metafisika orang akan mulai diuji untuk mencari mana yang benar-mana salah,mana baik-mana buruk,hingga mana satu yang benar diantara yang beberapa yang klaim benar

Dan acuan serta metode nya pun sudah berbeda,Ketika di level ilmu fisika acuannya prinsip empirisme dan metode empiris,Tapi masuk ke level metafisika itu sudah tak berlaku,di level metafisika acuan yang dipakai minimal ilmu logika- berdasar argument akali.Ketika akal sudah buntu maka ada jalan tersedia melalui petunjuk agama

Maka Definisi "ilmu" yang benar adalah "Konsep yang menjelaskan keseluruhan (dunia fisik-non fisik) secara terstruktur",Sedang definisi yang salah adalah "konsep yang menggumuli hanya dunia fisik-materi"

..........
RANGKUMAN

Yang kita tahu persoalan kebenaran itu suatu yang teramat sangat kompleks-plural sehingga logis bila di dunia ini ada 3 ranah besar yang bicara persoalan kebenaran ; Sains (ilmu dunia fisik-materi),filsafat serta agama.Masing masing bicara kebenaran pada rel,sudut pandang serta dimensi berbeda.Dan bila ingin faham keseluruhan-Kebenaran dari berbagai aspeknya maka sebenarnya tidak boleh punya prinsip hanya satu yang harus dominan menjelaskan dan yang lain disisihkan.Atau, tak boleh punya prinsip main bentur langsung antara satu ranah dengan yang lain tapi mesti menempatkan satu ranah pada tempat yang semestinya

Logikanya,Bila fakta bisa menyelesaikan persoalan kebenaran maka cukup dengan sains atau ilmu fisika maka seluruh persoalan akan bisa diselesaikan

Maka dengan penjelasan berjenjang- terstruktur-sistematis seperti saya urai diatas orang dapat memahami mengapa ada metafisika termasuk agama disamping ilmu fisika tidak dengan kesan asing atau kesan meloncat

Dan penjelasan terstruktur dari fisika ke metafisika itu perlu agar orang faham bahwa adanya metafisika disamping fisika adalah suatu yang logis,realistis-dapat diterima secara keilmuan sekaligus secara manusiawi karena itu berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia untuk mengetahui sampai kepada meyakini

Jangan sampai ada yang beranggapan bahwa metafisika seolah hanya wacana-tanpa dasar penjelasan ilmiah yang terstruktur serta pengalaman yang manusia alami sendiri dalam kehidupan

Bisa disebut adanya ranah ilmu metafisika disamping ranah ilmu fisika adalah semacam estafet ilmu-kebenaran ketika ilmu ilmu fisika sudah tidak bisa menyelesaikan atau memberi jawaban

Penjelasan semacam ini walau sederhana tapi di zaman yang makin materialist dan serba duniawi ini sangat mendasar untuk memberi pemahaman bahwa disamping ilmu fisika ada ilmu lain,disamping materi ada non materi,disamping dunia fisik ada dunia metafisik

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun