Jumlah penduduk Kota Ternate setiap tahun semakin bertambah sehingga semakin bertambah pula jumlah bahan pangan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Bahan pangan tersebut, sebagian diperoleh dari hasil pertanian di Kota Ternate sendiri, sebagian lainnya didatangkan dari luar Kota Ternate. Hal ini karena hasil pertanian di Kota Ternate belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Kota Ternate.
     Tingkat kebutuhan terhadap bahan pangan yang cukup tinggi di Kota Ternate merupakan potensi pasar yang baik dan terus menerus bagi pemasaran hasil usaha budidaya pertanian, termasuk usaha budidaya tanaman semusim. Potensi pasar tersebut perlu dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Ternate, khususnya oleh para petani yang mempunyai lahan pertanian yang bisa ditanami dengan tanaman semusim.Â
     Lahan pertanian yang bisa ditanami dengan tanaman semusim di Kota Ternate umumnya adalah lahan tadah hujan, karena tidak ada sungai ataupun sumber air untuk menunjang sistem irigasi teknis.
     Untuk meningkatkan kemandirian Kota Ternate dan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di Kota Ternate, maka perlu dilakukan upaya yang dapat mendorong para petani untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Â
     Salah satu upaya dalam mendorong para petani untuk meningkatkan hasil pertaniannya adalah dengan memberikan pengetahuan tentang pengelolaan unsur-unsur iklim atau agroklimat, air, tanah dan udara yang baik untuk menunjang usaha budidaya pertanian.
     Unsur iklim yang berperanan dalam penyediaan air untuk kebutuhan budidaya pertanian khususnya pada lahan tadah hujan adalah unsur jumlah curah hujan. Jumlah curah hujan pada wilayah Kota Ternate tidak sama antara satu bulan dengan bulan lainnya dalam satu tahun, hal ini berkaitan dengan terjadinya musim hujan dan musim kemarau.
     Bila curah hujan bulanan selama musim tanam rata-rata kurang dari 200 mm per bulan maka musim itu tidak baik untuk padi dan bila rata-ratanya kurang dari 100 mm per bulan maka tidak baik untuk palawija. Periode tanam yang total curah hujannya melebihi evapotranspirasi disebut periode tanam yang normal. Bulan yang curah  hujannya  antara  100 -- 200 mm  digolongkan  sebagai  bulan  tanam (Sutidjo, 1986).
      Dari analisa terhadap data unsur jumlah curah hujan bulanan untuk kebutuhan budidaya pertanian di Kota Ternate berdasarkan data dari tahun 1995 s.d. 2024 dari Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Babullah Ternate, diperoleh nilai rata-rata jumlah curah hujan bulanan dari bulan Januari s.d Desember sebagai berikut : Januari 234 mm, Pebruari 164 mm, Maret 199 mm, April 223 mm, Mei 277 mm, Juni 209 mm, Juli 163 mm, Agustus 108 mm, September 102 mm, Oktober 156 mm, Nopember 222 mm, Desember 285 mm.
      Dari analisa peluang jumlah curah hujan bulanan untuk dilampaui dengan peluang 75% untuk dilampaui, berdasarkan data dari tahun 1995 s.d. 2024 pada Stasiun Meteorologi Babullah Ternate, diperoleh nilai jumlah curah hujan bulanan (75%) sebagai berikut : Januari 134 mm, Pebruari 90 mm, Maret 91 mm, April 150 mm, Mei 197 mm, Juni 158 mm, Juli 66 mm, Agustus 27 mm, September 25 mm, Oktober 25 mm, Nopember 131 mm, Desember 145 mm.
      Dari nilai rata-rata jumlah curah hujan bulanan (mm) dapat diketahui ada dua kali urutan bulan yang tiga bulannya berurutan dengan jumlah curah hujan lebih dari 200 mm yaitu bulan April, Mei dan Juni serta bulan Nopember, Desember dan Januari. Disamping itu pada bulan-bulan lainnya, rata-rata curah hujan bulanannya semua diatas 100 mm, dengan nilai terendah 102 mm pada bulan September.
       Sedangkan dari nilai jumlah curah hujan bulanan (mm) dengan peluang 75% untuk dilampaui, dapat diketahui bahwa : tidak ada bulan dengan peluang jumlah curah hujan lebih dari 200 mm, dan bulan yang peluang curah  hujannya  antara  100 -- 200 mm  ada 6 bulan yaitu bulan : Januari, April, Mei, Juni, Nopember dan Desember, sedangkan 6 bulan lainnya dengan peluang jumlah curah hujan bulanan (mm) kurang dari 100 mm, yaitu bulan : Pebruari, Maret, Juli, Agustus, September dan Oktober.