Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sambel Tumpang, Makanan "Busuk" yang Melegenda

19 Juni 2020   10:53 Diperbarui: 19 Juni 2020   10:45 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Sambel Tumpang/dokpri

Nusantara memiliki berbagai varian makanan yang jumlahnya tidak terhitung, dan hampir di setiap daerah memiliki makanan khas. Mulai di Sulawesi yang memiliki jajanan bernama jalangkote, kemudian di Rembang, Jawa Tengah yang memiliki jajanan bernama dumbeg, ada juga sang legenda dari padang, yang berupa makanan berat, yaitu rendang, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Di tempat saya, ada satu makanan yang namanya adalah sambel tumpang, yang bahannya mayoritas berasal dari kacang kedelai, namun yang unik dari bahan makanan ini adalah salah satu bahannya adalah tempe yang sudah busuk, atau dalam bahasa Jawa "tempe bosok". Well, bahan yang sudah busuk malah dijadikan makanan, mungkin menjijikkan bagi sebagian orang, termasuk salah satu teman saya dari Indonesia Timur yang melihat sambel tumpang saja benci setengah mati, hehehe, kataya makanan busuk kok dimakan. 

Namun makanan ini menjadi salah satu makanan favorit di Jawa, terutama Jawa Tengah. Seperti dulu waktu saya kecil sering melihat film mandarin, dimana di film tersebut biasanya ada orang menawarkan makanan tahu busuk, yang katanya baunya busuk tapi rasanya enak, dan bahkan pemeran dalam film tersebut tampak dengan lahap memakan tahu busuk tersebut, mungkin menurut saya sambel tumpang sama dengan makanan tahu busuk tersebut, namun yang ini lebih indigenous.

Sebenarnya orang Jawa termasuk kreatif dalam mengolah makanan, sehingga dapat mengolah bahan sisa yang notabene sudah busuk tersebut menjadi makanan yang layak konsumsi, meskipun kalau habis makan sambel tumpang itu orang yang disebelahnya akan ikut mencium "aroma khas"-nya, apalagi kalau sambel tumpang tersebut diberi "topping" petai, waduh semakin syahdu itu aromanya, ibaratnya sudah komplit itu seluruh elemen bau di dunia perkuloneran, hehehe. 

Di Solo Raya, petai termasuk menu "sejuta umat", seringkali setiap membuat masakan selalu ada petainya, mulai dari sayur, hingga sambal, namun saya tidak termasuk salah satu  dari "sejuta umat" tersebut, heehehe. 

Sambel Tumpang secara etimologi dapat diartikan sambel yang berarti sambal, dan tumpang, yang artinya menumpang, atau berada di atas nasi atau sayuran. Terbuat dari tempe "normal", tempe busuk, dan biasanya diberikan tahu juga, atau bisa juga diberi telur rebus, dan ditambah bumbu-bumbu lain, seperti bawang merah (Dalam BAhasa Jawa brambang), bawang putih (Dalam Bahasa Jawa bawang), kemiri, cabai, dan ditambah dengan santan. 

Mempunyai aroma "menyengat" bahkn dapat tercium dalam radius 2-3 meter, namun di Jawa Tengah, terutama Solo Raya merupakan salah satu makanan favorit, dan hampir dapat dijumpai di setiap warung makan. Bahkan di Kabupaten Sragen menu "Pecel Tumpang" menjadi ikon kuliner di Kabupaten Sukowati tersebut. Memang sambel tumpang telah melegenda, dan juga diminati oleh banyak kalangan, bahkan ada orang yang apabila mudik salah satu tujuannya adalah untuk sekedar mampir jajan sambel tumpang di warung, atau ada juga yang kangen dengan sambel tumpang buatan keluarga sendiri.

Apabila mampir ke eks Karisidenan Surakarta, boleh untuk mencoba menu yang unik ini, dan jangan kaget apabila memang baunya "aduhai", hehehehe. Dan paling cocok untuk menikmati sambel tumpang di pagi hari dengan dampingan teh hangat, dan juga tempe goreng yang masih hangat, namun kalau mau singgah keluar daerah menunggu pandemi Covid-19 berlalu lho ya. Semoga bermanfaat, dan apabila ingin mencoba membuat, dapat browsing di internet cara membuat sambel tumpang, selamat mencoba!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun