Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Selangitnya Cafe Batavia di Tengah Kota Tua

9 Juni 2021   12:09 Diperbarui: 9 Juni 2021   12:13 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adalah sesuatu yang jarang, teman kuliah saya yang luaaamak banget ga menyapa apalagi ketemu tiba-tiba WA ngajak jalan. Karena kebetulan saya lagi santai juga dan pengen cari konten buat foto maka saya iyakan permintaannya. Destinasi kami gak jauh, cuma di Kota Tua. Kebetulan saya udah lama banget ga ke sana, dan pengen banget mampir juga ke tempat-tempat yang belum pernah didatengin hingga setua ini hahaha...

Jadi destinasi pertama ada Cafe Batavia. Siapa yang pernah ke Kota Tua pasti tahu letak kafe ini. tapi meski tahu mungkin banyak yang ragu untuk masuk ke sini, Apalagi kalau bukan karena citra yang ditampilkan tempat ini beda dari sekelilingnya. Jika sekitarnya terbuka, kafe ini justru kelihatan menutup diri dengan lingkupan kaca-kaca nako yang hitam gelap. Ada apa di dalam sebenarnya? Plus lagi banyak kabar yang mengatakan kalau harga yang dipatok kafe ini mahal banget, apalagi kalau cuma untuk ukuran wisatawan yang sengaja ke Kota Tua buat cari wisata yang murah bahkan gratis.

Saya pun begitu, tapi kali ini saya memberanikan diri. Saya pikir, setinggi-tingginya harga ga mungkin ngabisi satu kali gaji saya kan. Hahaha...Saya masuk dengan percaya diri dan memilih tempat ini sebagai tempat janji bertemu. Pelayanan langsung menyilakan masuk. Kepulan asap rokok langsung menyapa dan saya buru-buru masuk ke dalam. Sedikit gelap dengan lampu-lampu kuning menggantung, meja pun penuh. Pelayan merekomendasikan saya untuk memilih tempat di bar. Tapi saya lebih memilih berada di tengah dengan meja tinggi. Dengan harapan bisa melihat orang lebih banyak

Tanpa banyak waktu, pelayan lain sudah menyodorkan menu. Ini bagian yang deg-degan, benar saja harga yang dipatok utk maincourse rata-rata di atas 100 ribu. Wow! tunggu, saya gak mau makan di sini kok. Maka saya sisir menu yang lebih ringan, mungkin bahkan hanya minum saja. Hahaha... Akhirnya ketemu, saya pesan ice cream bercitarasa papua. Ih apa nih? harganya lumayan masuk kantong cuma Rp 50 ribu dan yang datang satu scope ice cream saja. Sial!

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Sambil cicip, mata saya menjelajah, pengunjung yang hampir 70 persennya adalah bule. Dari wajahnya mereka tampak puas dengan sajiannya, tapi eits... yang bikin saya terus-terusan melirik ada wanita muda berkulit sawo matang dengan bule yang sudah lebih dari setengah abad. Hmm... sudah tahu ke mana larinya pikiran saya. Bahkan sampai harus melakukan analisis deduktif ala Sherlock dari pakaian dan cara dia menggunakan alat-alat makan tampak berbeda dari si bule. U know what I mean.

Lagi sibuk curi-curi pandang, teman saya datang. Benar saja, dalam hitungan menit segala curhat keluar hahaha... ternyata ajakan ini karena dia butuh cerita meski kami sudah tak lama sekali tak ngobrol bahkan di WA sekalipun. Baiklah, kita mulai momen penghiburan ini. Maka saya ajak dia ke Pelabuhan Sunda Kelapa, tentu saja untuk hunting foto! hahaha... saya selalu tahu dia suka difoto. Maka Perjalanan pun dilanjutkan ke Sunda Kelapa. Ceritanya ntar dulu ya hahaha... Cerita lainnya di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun