Mohon tunggu...
Tya Fitria
Tya Fitria Mohon Tunggu... Novelis - Just an amateur writer

Life is a story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Batas Ruang

31 Oktober 2020   13:41 Diperbarui: 31 Oktober 2020   14:16 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa kali terlintas bayangan dari depan pintu kamarku yang memang sengaja tak ku tutup dengan rapat. Bayangan sesorang yang tengah berjalan mondar-mandir penuh keraguan. Bukan hanya kali ini saja aku merasakan bayangan tersebut. Namun, sudah dari beberapa hari belakangan ini. Hari-hari lalu memang aku sengaja mengabaikan itu semua dan memilih fokus pada kertas dan pensil yang ada dihadapanku. Tapi rasanya tidak dengan kali ini karena bayangan itu cukup menganggu konstrasiku.

Aku meletakan pensil dan beranjak menuju pintu kamar. Aku membuka pintu kamar perlahan dan benar saja aku mendapati Ibuku yang sedang mondar-mandir tidak jelas.

"Ibu." Ucapku membuat Ibu terkejut lalu menghentikan langkahnya.

"Oh, Naya..." Kata Ibu tersenyum canggung.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu, kau harus segera bersiap untuk pameran nanti, bukan?"

Aku masih belum menjawab pertanyaan Ibu karena aku tahu pertanyaan itu sengaja dilontarkan oleh Ibu untuk mencairkan suasana canggung ini.

Ibu berdiri tepat di depan pintu utama gubuk sederhana ini dan gelagat khawatir masih terlihat jelas dari tingkah Ibu. Merasa tidak mengerti dengan situasi ini, aku memilih untuk menghampiri Ibu dan memastikan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Ada apa, Bu?" Tanyaku penasaran.

"Tidak, tidak ada apa-apa. Cepat kau masuk lagi ke kamarmu dan persiapkan semuanya untuk pameran dengan baik. Udah sana." Ucap Ibu sembari mendorongku masuk kembali ke dalam kamar. Namun, merasa ada sesuatu yang mengusik Ibuku aku kembali berbalik arah menuju jendela rumah.

Aku dibuat semakin bingung ketika melihat jendela. Tidak ada pandangan aneh dari luar sana. Hanya ada tukang sayur yang sedang berhenti tidak jauh dari rumahku dan beberapa Ibu-Ibu tetangga yang sedang berbelanja dan saling mengobrol.

Normal. Sungguh sebuah keadaan yang normal dan wajar terjadi di sebuah kampung. Tidak hanya di kampungku, aku yakin kegiatan Ibu-Ibu belanja sayur itu adalah kegiatan sudah biasa terjadi dan tentunya bukan suatu masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun