Mohon tunggu...
Tu Yuda
Tu Yuda Mohon Tunggu... Petani - Belajar adalah sebuah proses perjalanan

ijinkan saya untuk belajar dan jangan lupa dipandu demi kebaikan bersama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rejeki Botol Plastik

12 Desember 2021   19:09 Diperbarui: 12 Desember 2021   19:28 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangan- tangan terampil itu, tidak mengenal lelah dalam mengais setiap peluang yang mereka kumpulkan untuk menghidupi keluarga . Tidak ada yang lebih baginya, selain apa yang menjadi tujuan agar kebutuhan setiap hari dapat terpenuhi.

Salah satu tempat yang dalam kesehariannya adalah sungai. Masih ingat dimana  tempat yang dulu menjadi tujuan dikala senja telah menyapa, tidak asing rasanya, sekelompok anak- anak dengan riangnya bermain air, bahkan ada yang mandi atau sekedar membasuh muka, usai bekerja seharian di pematang sawah.

Sungai adalah berkah dalam keseimbangan lingkungan. Dan kini, bebarapa daerah aliran sungai sudah mulai tercemar utamanya oleh sampah yang kian hari semakin menumpuk.  

Disanalah para pencari rejeki ini berkumpul, mengambil satu persatu sampah bernilai guna, yang selanjutnya dipilah dan dikumpulkan untuk segera dijual kepengepul. Mohon maaf sahabat setia, ijinkan kali ini saya ingin berbagi sedikit kisah tentang seorang pengumpul barang bekas.

Hari semakin siang, cuaca semakin panas. Beberapa pemulung memulai aktivitasnya , memungut botol- botol plastik yang merupakan salah satu sumber penghasilannya. Tak ada rasa canggung ketika tubuhnya memasuki air sekalipun kian keruh dan memiliki bau yang tak sedap.

Tidak ada rasa malu dalam benaknya, melakukan hal itu. Hanya berbekal kantong plastik dan sebatang tongkat pengait yang dibuat sedemikian rupa, satu persatu botol plastik yang merupakan sampah terbawa arus sungai, diambil untuk kemudian dipilah dan selanjutnya dijual ke pengepul.

Esok hari, ia kembali mencari sampah- sampah untuk dijual. Buka hanya pada satu sungai, melainkan beberapa sungai harus mereka telusuri untuk memunuhi kecukupan bertahan hidup.


Langkah itu seolah tak kenal kata lelah ataupun menyerah. Senyum sumringah kala kantong plastik terisi penuh, tanda harapan akan hasil lebih baik akan diperoleh. Namun tak jarang, beberapa jenis sampah yang mereka pungut, tidak layak untuk didaur ulang, sehingga berpengaruh pada hasil yang diperolehnya.


Botol plastik pembawa rejeki baginya adalah sebuah tumpuan berharga, tat kala dari kita masih sering membuang sampah sembarangan. Padahal dampak dari sampah yang menumpuk sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.


Saat musim hujan tiba, sungai kecil yang telah dipenuhi sampah akan berdampak dengan meluapnya air sehingga terjadi banjir, wabah penyakit dan kerusakan yang ditumbulkan pun kadang tak tanggung- tanggung.


Mari bersama untuk memulai kebiasaan kecil membuang sampah pada tempat yang telah tersedia, agar sungai kembali asri dengan banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Semoga kebaikan mulai tertanam sejak dini dan semesta semakin nyaman untuk kita huni.


Mohon maaf jika tulisan saya tidak berkenan, jangan lupa tambahkan komentar pada kolom komentar, sebagai pembelajaran dan masukan untuk pembenahan lebih lanjut. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun