Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dendam Apa yang Disimpan CNBC terhadap Jouska?

26 Juli 2020   11:57 Diperbarui: 29 Juli 2020   13:21 9571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CNBC versus Jouska | sumber: detik.com dan wowkeren.com, diolah kembali

Berita tentang Jouska mulai viral semenjak akun @yakobus_alvin membagikan pengalaman pahitnya selama menjadi pengguna jasa Jouska. Cuitan yang diunggah pada 21 Juli kemarin, mendapat respon sebanyak puluhan ribu tanggapan dalam kolom reply dari warganet.

Tak lama berselang dari Alvin, korban Jouska lain juga mulai angkat suara serta meramaikan jagat Twitter dengan hastag #KorbanJouska.

Dari sekian banyak pemberitaan tentang Jouska, satu media mencuri perhatian warganet karena dianggap paling getol dalam mengangkat perkembangan kasus ini, ya CNBC Indonesia. 

Terhitung mulai dari tanggal 21 hingga 26 Juli, sudah ada 50 artikel yang ditulis CNBC tentang Jouska dalam laman website, termasuk 7 tayangan audio visual yang diunggah melalui kanal youtube.

Artikel Jouska di CNBC | sumber: cnbcindonesia.com
Artikel Jouska di CNBC | sumber: cnbcindonesia.com
Jumlah tersebut tidaklah fantastis jika kita tidak mengambil perbandingan. Untuk itu, saya melakukan penelusuran pada kolom berita online lain dan terlihat bahwa  IDN Times hanya membuat 21 arikel, Detik membuat 21 artikel, CNN Indonesia dengan 15 artikel, Tirto dengan 5 artikel. 

Hal ini membuat banyak warganet bertanya-tanya dendam apa yang disimpan CNBC terhadap Jouska?

CNBC Indonesia | sumber: https://finance.detik.com/
CNBC Indonesia | sumber: https://finance.detik.com/
Sebelum membahas terlalu jauh, pertama-tama mari kita berkenalan dulu dengan media yang telah memiliki pengikut lebih dari 348 ribu di Instagram dan 46 ribu di jagat Twitter.

Dilansir dari websitenya, Consumer News and Business Channel Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai CNBC Indonesia merupakan media massa online dalam bagian detiknetwork dan naungan Grup Transmedia.

Dari detikfinance, diketahui bahwa CNBC resmi diluncurkan pada Februari 2018 lalu. Acara peresmiannya digawangi langsung oleh Founder dan Chairman CT Corp, Chairul Tanjung. Selain penerbitan berita tertulis, CNBC Indonesia juga hadir dalam bentuk audio visual, yakni Televisi yang bisa diakses melalui live streaming atau layanan Transvision. 

Lalu apa yang membuat warganet menganggap CNBC terlalu berlebihan dalam memberitakan kasus Jouska?

Selain data yang saya ungkap tentang jumlah artikel yang cukup fantastis dalam website, CNBC juga membuat thread di jagat Twitter untuk mengupas tuntas kasus Jouska. Thread itu dijadikan cuitan sematan dalam akun @cnbcindonesia. 

Pemberitaan Jouska oleh CNBC di twitter | sumber: @cnbcindonesia
Pemberitaan Jouska oleh CNBC di twitter | sumber: @cnbcindonesia
Sayangnya pada hari ini 26 Juli, Tweet sematan tersebut telah diganti oleh pihak CNBC. Sebenarnya isi thread tersebut hanyalah perkembangan kasus Jouska yang diambil dari intisari berita yang telah dibuat oleh CNBC Indonesia. Hanya saja CNBC tampak terlalu bersemangat dengan mempostingnya di jam petang menuju malam, di mana traffic Twitter sedang ramai-ramainya.

Hal ini membuat banyak warganet beranggapan bahwa di balik semua itu terdapat "dendam" samar yang disimpan CNBC terhadap Jouska.

Menanggapi hal itu, akhirnya akun @trickyinvestor mengeluarkan cuitan tentang "dugaan" konflik yang pernah terjadi antara CNBC dengan Jouska. Kenapa saya sebut ini sebagai dugaan? Tentu saja karena tidak ada klarifikasi yang jelas tentang dugaan ini baik dari CNBC maupun Aakar Abyasa Fidzuno selaku CEO sekaligus Founder Jouska.

CNBC vs Jouska | sumber: Twitter @trickyinvestor
CNBC vs Jouska | sumber: Twitter @trickyinvestor
Dalam cuitan tersebut, J alias Jouska tampak sering diundang live bersama CNBC dengan bayaran "biasa". Hingga sampailah pada suatu projek dimana CNBC bekerja sama dengan lembaga pemerintah, financial planner yang diwakilkan oleh Jouska dan juga Atta. 

Mengetahui rate youtuber "number one asean" ini senilai 2 digit, pihak Jouska turut meminta kenaikan harga. Pasalnya kenaikan harga tersebut diminta h-8 jam sebelum acara. Hal ini tentu saja membuat CNBC dan pihak lembaga pemerintah kesal dan akhirnya membatalkan perjanjian dengan Jouska.

Entah kebetulan atau tidak, tapi Aakar Abyasa memang pernah membuat postingan di Instagram tentang kisahnya yang sempat ditolak menjadi pembicara. Ia juga menyebut bahwa alasan penolakannya adalah karena dirinya memasang rate card separuh dari artis yang juga diundang sebagai pembicara.

Kisah Aakar yang sempat ditolak menjadi pembicara | sumber: instagram @aakarabyasa
Kisah Aakar yang sempat ditolak menjadi pembicara | sumber: instagram @aakarabyasa
Setelah dilakukan penelusuran, diduga event yang dimaksud cuitan @trickyinvestasi dan Aakar Abyasa adalah "Investime on Location" yang digelar di Trans Studi Mall Cibubur pada 8 Februari lalu. 

Dalam acara tersebut, CNBC mengundang Haydin Haritzon sebagai perwakilan Humas LPS, Atta Halilintar sebagai youtuber dan pengusaha, dan Kaukabus Syarqiyah sebagai financial planner.

Tampak sosok Aakar telah digantikan oleh Kaukabus sebagai perwakilan financial planner. Namun terkait dengan benar atau tidaknya event tersebut gagal menggaet peserta, seperti kata Aakar, saya belum menemukan pembuktiannya. 

Dilihat dari unggahan acara tersebut ke link Youtube CNBC Indonesia, tidak tersorot secara menyeluruh berapa banyak peserta yang menghadiri acara tersebut. Tim CNBC tampak lebih fokus pada pengambilan gambar para pembicara dan MC. 

Rate Card | sumber: fotyawards.com
Rate Card | sumber: fotyawards.com
Tampak bahwa inti permasalahan ini bersarang pada "rate card" pihak Jouska yang dipasang terlalu tinggi, karena mengetahui akan sepanggung dengan influencer berfollower 24,8 juta di media Youtube.

Dalam postingan Instagram, Aakar pernah berpendapat bahwa ia tidak setuju jika rate card seseorang dihitung dari jumlah followernya. "As you know, gw selalu menghargai orang karena expertise-nya dulu, bukan karena follower-nya," begitu kata Aakar yang diunggah melalui Instagram pada 5 Juni 2020 lalu.

Memang sejauh ini tidak ada benchmark yang mengatur tarif terendah atau tertinggi yang boleh dipasang influencer. Tidak seperti pekerja yang dinaungi batas UMR/UMP, influencer tampak lebih fleksibel dalam menentukan rate card.

Menurut Sociabuzz, kunci penting dalam mengatur rate card adalah personal brand value. Para pengiklan akan melihat seberapa besar brand value yang dimiliki influencer sehingga dapat memperkuat brand barang/jasa si pengiklan. Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk melihat brand value seorang influencer adalah jumlah followers.

Sociabuzz juga pernah mengeluarkan estimasi tarif influencer yang dihitung melalui follower Instagram. Ya, dari sini kita bisa melihat bahwa seberapa besar pengaruh jumlah follower dalam penentuan rate card seseorang.

Estimasi Rate Card Influencer | sumber: sociabuzz.com
Estimasi Rate Card Influencer | sumber: sociabuzz.com
Jadi, apa salah jika CNBC keberatan pada tarif Jouska yang mendadak melambung tinggi? Bisa iya, bisa tidak. 

Seperti kata Aakar, seseorang harus dihargai karena expertisenya bukan followernya. Namun kita juga tidak bisa mengelak bahwa follower juga menentukan seberapa dalam expertise yang dikuasai oleh orang tersebut.

Terlepas dari semua itu, semoga "dugaan" perselisihan antara CNBC dan Jouska bisa mencapai titik temu yang melegakan kedua belah pihak. 

--

26 Juli 2020 [T.S]

Sumber referensi: 1, 2, 3, 4, 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun