Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengenal Asiyah, Wanita yang Teguh dalam Imannya

27 Mei 2019   22:53 Diperbarui: 27 Mei 2019   23:03 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://bincangsyariah.com

Asiyah putri Muzahim, siapa yang tidak kenal dengannya? Asiyah merupakan satu dari empat wanita suci yang telah dijanjikan surga oleh Allah SWT. Beberapa buku telah mengangkat kisahnya untuk kembali diceritakan, di antaranya adalah 14 Wanita Mulia dalam Sejarah Islam, dan novel Asiyah, Sang Mawar Gurun Firaun yang dikarang oleh penulis Turki, Sibel Eraslan.

Novel Asiyah Sibel Eraslan | sumber: dokpri
Novel Asiyah Sibel Eraslan | sumber: dokpri
Diketahui bahwa Asiyah adalah seorang istri dari raja paling kuat di Mesir, yang diberi gelar Firaun. Ia terpaksa menjadi istri dikarenakan tekanan dari pihak Firaun yang mengancam keselamatan orang tuanya. Firaun sendiri dikenal sebagai raja yang sombong namun disegani karena kemampuannya dalam berpidato dan kekuatan fisiknya. 

Namun seiring kebanggaan terhadap dirinya yang semakin bertambah, Firaun pun menobati dirinya sebagai Tuhan yang patut disembah oleh masyarakat Mesir.

Asiyah, wanita yang tak silau dengan kegemilangan harta

Harta seringkali menjadi titik kelemahan seseorang. Demi harta, seseorang rela melakukan apapun, bahkan mengorbankan nyawa dan harga dirinya. Berapa banyak kasus seseorang yang rela menjual dirinya untuk mendapatkan harta? Berapa banyak kisah seseorang yang bekerja siang malam demi memenuhi tuntutan hidupnya? 

Kita ibarat budak harta yang terus diiming-imingi untuk mengumpulkannya. Semakin banyak harta, semakin bahagia, begitulah kata banyak orang.

Namun bagaimana dengan Asiyah? Dengan kekuasaannya sebagai Ratu, Asiyah tidak dapat disangkal ia memiliki kewenangan penuh terhadap harta Firaun. Bahkan tanpa diminta, pelayan-pelayan Firaun akan langsung memenuhi keinginan Asiyah. Namun, berbalikkah keimanan Asiyah karena harta Firaun? Tidak.

Asiyah tetap dalam pendiriannya. Ia tidak peduli dengan seberapa besar kekuasaan Firaun maupun harta yang dimilikinya. Ia tidak peduli walaupun harta tersebut tersaji di depan matanya, keyakinan Asiyah terhadap Allah SWT tetaplah sama. Asiyah berani melakukan yang benar, bahkan dengan risiko kematian di tangan Firaun. 

Lalu bagaimana dengan kita? Mampukah kita tidak silau dengan dunia dan melakukan hal yang benar seperti dicontohkan oleh Asiyah?

Bukankah masih banyak di antara kita yang belum bisa melakukannya. Contohnya saja di bulan Ramadhan ini, ketika ada ajakan buka puasa bersama, kita lebih suka menuruti permintaan teman-teman untuk berkumpul sampai malam demi berbagi cerita. Kalimat "momen setahun sekali" seringkali menjadi alasan untuk kita bertahan lebih lama, sehingga meninggalkan ibadah seperti sholat tarawih berjamaah dan tadarus Al-Qur'an.

Begitupun jika kita melihat diskon menjelang lebaran, kita rela mengantre berjam-jam untuk mendapatkannya, sehingga mengesampingkan berbagai kewajiban ibadah di bulan Ramadhan.

Sudah saatnya kita berani berkata tidak untuk hal yang sia-sia. Apalagi di bulan Ramadhan saat amal kebaikan dilipatgandakan menjadi 70 kali lipat. Kita harus dapat meniru keteguhan hati Asiyah untuk melakukan yang benar dan tidak tersentuh dengan gemilaunya harta dan dunia.

Asiyah, wanita yang lembut hatinya

Asiyah memiliki hati yang sangat lembut. Karena kuasa Allah ia tidak memiliki keturunan, maka ketika ia melihat keranjang bayi melintas di sungai Nil, Asiyah langsung ingin merawatnya sebagai anak.

Bahkan kelembutan Asiyah bisa melunakkan hati Firaun untuk tidak membunuh anak laki-laki yang ditemukan itu, walau pada tahun itu merupakan tahun kematian dimana bayi laki-laki yang baru lahir harus segera dibunuh.

Asiyah dengan tulus hati merawat anak tersebut yang kelak menjadi seorang Nabi. Ia bahkan sangat menyayangi anak itu walau bukan berasal dari darah dagingnya sendiri.

Pelajaran ini tentu perlu kita ambil bahwa tidak semua dari kita tentu dapat memiliki keturunan. Jika telah dapat, maka wajib bagi kita untuk menyayangi mereka setulus hati, seperti yang dilakukan Asiyah. 

Asiyah, wanita yang tidak gentar menghadapi siksaan Firaun

Ketika keimanannya diketahui, Asiyah tidak gentar sedikitpun. Asiyah ikhlas tangan dan kakinya diikat, dijemur dalam panas padang pasir hingga nyawanya terenggut. Bahkan Asiyah berdoa kepada Allah SWT yang diabadikan dalam Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat 11,

"Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim." (Q.S. At-Tahrim ayat 11)

Asiyah adalah sosok yang berani mengemukakan keimanannya, walau nyawanya terancam. Sudah sepantasnya kita meniru perilakunya, yakni rela mengatakan hal yang benar dan melawan kezhaliman. 

Salam,

Tutut Setyorinie, 27 Mei 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun