Saya tidak percaya. Terakhir kali saya melihat, garasi Aku penuh dengan sepeda hias. Bahkan warna-warni.
"Kata ayah, uang itu akan dijadikan uang kuliah Aku. Biaya kuliah sekarang sangat mahal, apalagi untuk menjadi dokter. Padahal dokter sudah sangat banyak." Aku menjeda sebentar, "...dan tidak dibutuhkan."
"Lalu untuk apa kuliah?" Saya bertanya penasaran.Â
Aku tampak bingung. Namun sesaat kemudian ia berkata, "Untuk jadi pintar! Anak pintar harus kuliah."
Saya mengangguk. Itu juga jawaban yang saya lontarkan ketika banyak orang yang bertanya mengapa kuliah: untuk jadi anak pintar. Dan itu berhasil membuat mereka terdiam. Baru beberapa tahun kemudian, apa yang saya lontarkan berbalik seperti bumerang. Dan sekarang, saya yang lebih banyak terdiam.
"AKU INGIN PULANG."Â
Saya terkaget. Aku sekarang menangis. Sinar yang tadi menyala terang, meredup sedikit.
"Aku ingin bertemu dengan ayah."
Saya tidak menjawab. Walau Aku mengguncang-guncang tubuh saya, saya tetap tidak menjawab.
--
Aku akhirnya tertidur setelah lelah menangis. Sinarnya menyala lemah. Maafkan saya, Aku. Saya kehilangan pekerjaan. Aku benar, profesi dokter memang tidak lagi dibutuhkan. Ini dikarenakan orang-orang telah menemukan obat untuk segala penyakit. Obat yang harganya setara untuk membeli sebuah sepeda!