Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Cerita "21 Bridges", Aksi Polisionil dan Perselingkuhan Narkotik

29 November 2019   21:59 Diperbarui: 30 November 2019   12:50 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walhasil, adu tembak dalam jarak dekat terjadi. 8 polisi tewas seketika. Walikota marah, kepala kepolisian berang. 

Andre diminta datang untuk mengungkap siapa yang sedang melahirkan tragedi bagi aparat polisi. Bersama seorang staf perempuan dan Badan Narkotik, duet mereka ternyata tidak membutuhkan waktu lama merekaulang TKP, mengendus jejak pelaku dan memerintahkan isolasi total terhadap Manhattan. 

Teknologi kamera pengawas dan identifikasi wajah adalah perangkat yang mempercepat proses pengejaran pelaku. 

Sampai di sini, saya atau mungkin kebanyakan orang di dalam bioskop yang setengahnya saja tidak penuh itu rasa-rasanya berhasil dihipnotis oleh ketegangan yang intens. Sejenis ketegangan baku tembak yang mengingatkan pada film Ronin (1998) yang dibintangi de Niro dan Al Pacino. 

Ketegangan yang saya maksud bukan sebatas lengking desing peluru dan bunyi tubuh yang sobek berdarah lalu tumbang tak bergerak. Namun juga ketegangan itu meliputi suasana ruang yang sempit, lampu yang remang, pergerakan tubuh yang taktis dan teknik menembak yang jitu. 

Pun dengan adegan baku tembak di pinggir jalan yang memberi kesan kuat pertempuran antara profesional terlatih dengan polisi yang malang. Ada pertunjukan brutalisme yang begitu mengerikan. 

Karena itu juga, secara politik, dibutuhkan aksi polisionil yang penuh. Mobilisasi penuh harus dilakukan. Kewibawaan hukum harus segera dipulihkan. 

Persis di titik ini, penonton yang tersedot ketegangan tidak segera bisa menyadari jika aksi polisionil tersebut bukan saja demi memulihkan wibawa institusi hukum. 

Mobilisasi besar-besaran dengan isolasi yang total terhadap Manhattan juga adalah kedok yang menyembunyikan perselingkuhan korup sebuah kelompok polisi yang diberi kode 85.  

Maka sadarilah wahai saudaraku jelata (: adalah fana, politiknya abadi) pada situasi nyata, aksi politisionil negara besar-besaran bukan saja selalu membutuhkan kondisi yang mencekam. Tapi waspadai juga jika itu tidak semata demi memulihkan stabilitas dan harmonisasi sosial. Ada "hidden target" yang tak selalu mudah ditelisik.

Saya termasuk yang tersedot itu dan baru menyadari jika ada yang salah dengan perintah mobilisasi besar-besaran. Saya baru menyadari sesudah muncul percakapan tentang flashdisk yang menyimpan data-data transaksi hitam ke grup 85 itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun