Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Ant-Man and the Wasp" dan Pembekuan Ide Mesianisme

7 Juli 2018   00:32 Diperbarui: 7 Juli 2018   20:07 2619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ant-Man adn the Wasp | Marvel.com

Yes! I'm gonna call you ANT-onio Banderas!

-Ant-Man

Dari berjilid cerita tentang pahlawan-pahlawan super produksi Marvel, dimulai dari Kapten Amerika, Iron Man, Spider-Man, satuan elit Avengers, Black Panther hingga perang kolosal berjudul "Infinity War", ada satu benang merah yang bikin kita seharusnya merasakan lelah.

Karena itu, saya ingin menunjukan adanya pergeseran dari kelelahan di atas. Anda boleh menyebutnya sebagai “romantisasi domestik”. Olehnya, saya akan mengambil perbandingan secara kasar cerita dua pahlawan super yang kebetulan bersamaan memasuki sekuel kedua.

Keduanya: Deadpool dan Ant-Man.

Dalam kebutuhan ini, kita bisa mulai dengan membandingkan dua fundamen. Dua fundamen —bisa disebut sebagai “alasan dari keberadaan”. Pertama adalah bagaimana seorang pahlawan dilahirkan sedang kedua, bagaimana ia menerjemahkan tanggung jawabnya terhadap dunia sekitarnya.

Raison d’etre
Wade Wilson memiliki masa lalu sebagai satuan elit dalam pasukan pembunuh. Memiliki pengalaman dalam beberapa perang. Walau tidak terlalu jelas keluarga seperti apa yang melahirkannya (beda dengan Iron Man, misalnya) sangat terlihat jika dirinya tidak terlalu ambil pusing dengan tata krama dan tetek bengek moral lainnya.

Hal mana dipelihara oleh lingkungan pergaulan identik dengan kekerasan dan perburuan kesenangan; berisikan orang-orang sumbu pendek, mesum dan lagi konyol. Walau begitu, walau hidup dalam dunia malam yang “anarkis”, Wade Silson sejatinya menyimpan suasana hati yang hampa.

Sedangkan Scott Lang adalah seorang ayah dengan anak perempuan yang sangat dicintai. Anak perempuan dari pernikahan yang broken home. Dalam dirinya hidup juga kriminal yang gagal dan master teknik yang nirfaedah.

Sesudah tiga tahun dalam penjara, ia kesulitan kembali ke masyarakat yang normal. Sementara saat yang sama, ia ingin menjadi ayah yang bisa membahagiakan putri kecilnya. Pada titik sedemikian, ihwal hampa pada psikis Scott adalah ketidakmampuannya merealisasikan cinta dalam tanggung jawab yang penuh.

Singkat cerita, dalam diri Wade dan Scott, hidup kehampaan yang awet.

Kehampaan yang menerpa keduanya berakar pada prinsip yang sama. Yakni mengenai laki-laki yang selalu ingin menjadi sosok berguna, sebagai tumpuan harapan. Lelaki membanggakan, yang hidupnya bermakna.

Tak ada dasar motivasional yang pada kehendak seperti ini selain Eros.

Hidup Wade berubah sejak bertemu kekasihnya yang semlohai serta teroris yang sedang mengembangkan senjata pembunuh handal. Sementara itu, hidup Scott bergerak maju sejak bertemu Dr. Hank Pym dan anak gadisnya, Hope van Dyne.

Cerita bagaimana mereka bertemu adalah usaha melawan keputusasaan.

Wade yang patah harap setelah tahu kanker yang menggerogoti membuat hidupnya tak akan lama. Sebab ingin sembuh agar bisa hidup dengan kekasihnya, ia percaya pada janji kelompok teroris. Sementara Scott Lang, yang ahli bobol brankas dan menerobos rumah, karena melakukan pencurian di rumah Dr. Pym.

Wade Wilson akhirnya menerima prosedur penyembuhan yang membuatnya terlahir baru. Kekasih Vanessa ini tiba-tiba mewarisi “ilmu Rawarontek” dengan paras tidak lebih bagus dari ubur-ubur. Ia kini berbahaya sebagai killing machine dengan hati pecinta yang rapuh.

Scott Lang tidak mengalami pergumulan sejenis. Pencurian yang dilakukannya adalah skenario yang sudah diatur Dr. Hank Pym. Pym memang mencari orang yang berada di titik nadir hidupnya. Perlahan-lahan, ia mengubah pecundang ini menjadi lelaki berguna dengan teknologi temuannya. Ia ikut menyelamatkan teknologi dari salah guna maniak.

Wilson Wade kemudian menjadi Deadpool, Scott Lang menjadi Ant-Man.

Selebihnya, pada seri pertama, kita melihat Deadpool dan Ant-Man yang membuktikan diri dengan segala macam aksi-aksi heroik, kekonyolan, hingga aksi-aksi “amoral” yang menjauhkan mereka dari citra pahlawan super berakhlak mulia. Mereka sekadar lelaki yang ingin bermakna pada apa yang mereka cintai dengan sangat.

Keluarga adalah koentji!
Pada seri kedua, kita melihat spirit yang sama. Masih tentang laki-laki yang melawan kehampaan dan berusaha berjuang bagi cinta sejatinya. Akan tetapi, pada narasi Deadpool, spirit ini malah dirusak.

Sebab apa?

Deadpool yang brutal, jorok, mesum dan bolak-balik konyol itu tidak pernah dibebani oleh misi penyelamatan dunia. Citranya sangat jauh dari Capt. America, Iron Man, Thor, Hulk, Vision, atau Black Widow, bahkan remaja galau berbungkus Spider-Man. Singkat kata, Deadpool bukanlah tipikal yang dipelihara oleh satuan elit penjaga bumi, pelindunga manusia,apala, apala ... bernama Avengers.

Pada seri kedua, Deadpool dibebani misi penyelamatan masa depan dengan terlebih dahulu menanggung “hukum karma kekerasan”: Vanessa mati oleh peluru dari gangster yang pernah dihajarnya. Selengkapnya bisa didalami di Deadpool 2”, Emansipasi Cinta Berujung Hambar.

Dalam kondisi krisis narasi besar (baca: ketika pahlawan super adalah mereka yang menyelamatkan manusia dan melindungi bumi dari kehancuran lewat rangkaian peperangan yang merusak), Ant-Man hadir dengan ide yang simpel di balik tampilan visual yang canggih dan dialog-dialog yang menyisipkan banyak lelucon.

Ide itu adalah perjuangan untuk mengembalikan istri Dr. Pym yang terkurung dalam semesta kuantum (Quantum Realm). Janet van Dyne telah berpuluh tahun mengalami masa tua sendiri di sana. Janet terkurung dalam remesta kuantum itu sesudah aksi menyabotase nuklir Rusia bersama suaminya semasa Cold War.

Ibunda dari Hope ini harus dibebaskan dengan terowongan yang bisa mengirimkan manusia ke dasar semesta kuantum, ke koordinat di mana target berada. Masalahnya, selalu saja, ada penjahat yang ingin merebut tunnel tersebut (dalam laboratorium portable) dan ada kehendak lain yang berusaha memanfaatkanya demi menyelamtkan jiwa manusia lain. Sebagaimana terwakili dalam sosok Bill Foster, mantan kolega Dr. Pym dan Sonny Burch.

Apa yang diperjuangkan Ant-Man dan Wasp bersama Dr.Pym akhirnya berhasil. Janet yang telah sepuh berhasil dikembalikan ke alam manusia. Happy Ending! Kita melihat Ant-Man yang juga adalah “Family Man”.

Dalam dirinya, hidup spirit yang selalu mengutamakan keluarga sebagai fokus dari segala perjuangan untuk bahagia. Terlebih, sebagai seorang ayah yang harus menjadi terbaik dalam keadaan apa pun.

Dengan kata lain, ikatan-ikatan darah adalah eksistensi yang riil. Bukanlah kehadiran negara, bangsa, patriotisme, atau nasionalisme yang cenderung mengorbankan hubungan-hubungan cinta individual dan domestik. Lingkungan cinta kasih yang pertama kali membuat manusia mengada adalah keluarga, cinta dari orang-orang terdekat. 

Negara akan selalu menciptakan kedisiplinan tertentu, menuntut pengorbanan tertentu atau membuatnya berantakan dengan beban-beban historis lewat judul-judl besar, namun keluarga tetaplah ekstensi yang selalu harus memiliki derajat otonominya sendiri.

Dus, saya kira, di balik bungkus tampilan bergenre Action Sci-Fi, Ant-Man and the Wasp adalah drama keluarga . Film besutan Peyton Redd ini lumayan menghibur di tengah kelelahan kita dengan naras-narasi besar para mesiah. Karena itu juga, narasi Ant-Man kali ini sejatinya adalah "kritik atas imajinasi pahlawan super". 

Kritik yang mengusulkan semacam pembekuan terhadap dominasi ide mesianisme.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun