Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perancis vs Argentina, Antara Inferioritas dan Momentum Messi

30 Juni 2018   17:39 Diperbarui: 10 Juli 2018   11:03 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi Messi dan Marcos Rojo, duet yang telah memulangkan Nigeria dua kali dalam perhelatan Piala Dunia | Foto: The Independent

Jorge Sampaoli yakin jika skuad Argentina memiliki kemampuan menyingkirkan Perancis di Kazan, malam nanti waktu Indonesia. Sementara, Didier Deschamps, lebih terkesan merendah. 

Pelatih dengan karir mengkilap semasa masih bermain ini mengingatkan arti sentral Leo Messi yang selalu bisa membuat perbedaan bahkan dalam kemungkinan yang minim. Serta yang paling penting, "We have a lot of inexperienced players, it's not an excuse, it's reality. We'll do our utmost for things to go well tomorrow." Sebagaimana dikabarkan goal.com.

Mengapa Deschamps begitu merendah? 

Kita tahu, Deschamps adalah seorang juara bersama Juventus, yang juga mengalami indahnya juara dunia serta juara Eropa. Ada biografi dan mentalitas yang tidak dimiliki Sampaoli, seseorang yang sejak usia 19 tahun sudah berhenti bermain bola. Sampaoli memang pernah juara di level kawasan bersama Chile.

Mari kita melihat ke belakang. Ke masa lalu yang terentang selama 88 tahun.

Sejak tahun 1930, dua negeri ini telah 11 kali bertemu. Perancis baru dua kali menang. Yakni di tahun 1971 dan tahun 1986. Dua kemenangan dalam tajuk "International Friendly". Ada tiga kali hasil draw dan sisanya disikat Argentina dengan kemenangan. Termasuk dua partai persahabatan di tahun 2007 dan 2009.

Di tahun terakhir ini, Argentina dilatih oleh Maradona. Ada Messi, Aguero dan Mascherano yang ikut bermain saat itu. Tiga nama ini akan kembali ditantang membuktikan jika Mbappe-Pogba-Griezmann tidak akan pernah melampaui takdir Henry, dkk yang kalah tahun 2009 itu.

Uniknya, dalam kontek perjumpaan yang lebih umum, Perancis tidak pernah kalah dalam 8 pertemuannya dengan wakil dari Amerika Selatan dalam sejarah Pildun. Terakhir kali mengalami kekalahan tahun 1978, dari Argentina, dengan skor 2:1.

Singkat kata, dalam istilah orang di Manado, Argentina seperti "Batu Kuburnya" Perancis alias negara yang akan menghentikan mereka.

Maka, dari sudut pandang Les Blues, perjumpaan di Kazan, malam nanti, adalah tantangan untuk menghentikan "sejarah inferioritas". Kehendak sedemikian adalah api motivasi bagi anak-anak muda yang sedang naik daun seperti Mbappe.

Tantangan historis yang menarik dan penting untuk disaksikan malam nanti. Jangan lupakan Kacang Garuda sebagai teman nonton, coi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun