Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Yang Dilakukan Zidane Itu Pantas...

4 April 2018   10:58 Diperbarui: 4 April 2018   11:36 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Conte, Allegri dan Zidane | steemit.com

Juventus terakhir kali juara liga Champions Eropa kapan sih? Musim 1995-1996. Siapa yang mereka bikin pulang lebih awal di babak quater-finals? Real Madrid. Berapa skornya? 1:2. Siapa yang disingkirkan Juventus di final? Ajax Amsterdam, dibesut Louis van Gaal. Dengan cara apa? Adu penalti, di stadion Olimpico Rome, 22 Mei. 

Juventus-nya Marcelo Lippi. Masih diperkuat Roberto Baggio, Gianluca Vialli, Fabrizio Ravanelli serta pangeran muda Alesandro Delpiero. Di bagian midfielders, ada sosok Didier Deschamps, Antonio Conte, Vladimir Jugovic, serta Paulo Sosa. Sedang di barisan belakang Angelo Peruzzi masih sebagai kiper, lantas ada Ciro Ferarra, Morreno Toricelli, serta Gianluca Pessoto. Sekedar menyebut beberapa nama yang familiar.

Juara Champions ini diraih sesudah 11 tahun dan statusnya adalah runner-up Serie A. 

Pada musim 1996/97, Juventus juga mencapai partai puncak dan dibantai Borrusia Dortmund dengan skor 3:1. Selanjutnya, di musim berikut, Juventus sudah diperkuat Zinedine Yazid Zidane yang diboyong dari Bordeaux. Kali ini, pasukan asuhan Lippi ini kembali nongol di final dan keok oleh gol sebiji Predrag Mijatovic. Real Madrid menang pada laga yang digelar di markas Ajax. Madrid dilatih juru taktik yang sekarang balik dari istirahat. Sosok yang melatih Bayern Munich, Jupp Heynckes. 

Di ajang yang mulai resmi bergulir sejak tahun 1955 ini, Juventus pertama kali juara tahun 1985 dimana Platini masih bermain. Kemenangan ini juga dikenang sebagai tragedi Hesley. Sesudah tiga pencapain final beruntun sepanjang tahun 1995-1998, Nyonya Tua baru bisa kembali ke final lagi di tahun 2003 dan rontok oleh AC Milan. Saat ini, Buffon sudah bermain.  

Sesudah itu, Delpiero,dkk hilang dari partai puncak. Baru muncul lagi di musim 2014/2015 (kalah dari Barcelona) dan 2016-2017 (kalah dari Real Madrid). 

Historisitas seperti ini menggambarkan jika apa yang dilakukan coach Allegri--dengan dua musim yang kalah di final--sudah memiliki jejaknya di masa lalu. Sama juga mengatakan, sejak ajang antar klub Eropa ini resmi bergulir 1955, Real Madrid sudah juara beruntun sebanyak enam kali. Real Madrid akan selalu kembali ke puncak dan juara. Sejak awal "DNA"-nya adalah juara Eropa. 

Sebaliknya, di negeri yang melahirkan generasi anarkist paling berani di tahun-tahun awal globalisasi, AC Milanlah yang pertama mencapai final dan langsung juara. Ini terjadi di musim 1962/63 dengan mengalahkan Benfica. Berikutnya, juara dua musim kemudian adalah Internazionale. Lantas kembali dijuarai oleh Real Madrid. Juve sendiri baru brojol di final pertama mereka musim 1972/73 dan kalah dari Ajax!

Tanpa bermaksud mengatakan bahwa "Masa Lalu Selalu Aktual", deretan fakta di atas mengisahkan jika La Vecchia Signora memang bukan elit di level Eropa. Bahkan, jika kita menggunakan hipotesis kasar: potensi sebuah klub juara di level Eropa dikondisikan oleh ketatnya kompetisi liga domestik, maka mari kita lihat pasang surut historisnya. 

Penikmat Serie A tahu jika rentang tahun 1990-2000an awal adalah rentang tahun dimana Serie A masih digelorakan pemain-pemain top kayak Ronaldo da Lima, Paolo Maldini, Delpiero, Baggio, Zidane, Rui Costa, Batistuta, Pippo Inzaghi, Djorkaeff atau Totti, sekedar menyebut saja. Persaingan ketat--juga operasi mafia-nya, hehe--dan liga layak dijual oleh tayangan televisi. 

Tetapi di liga Champions, hanya Milan dan Juventus yang boleh melaju hingga final. Artinya apa? Faktualitas ini membantah andaian saya sendiri yang (pernah) mengaitkan kualitas kompetisi domestik dengan kemunculan tim juara di level Eropa. Tidak begitu. Tidak ada hubungan lurus yang sesederhana antara bagaimana sebuku novel dibuat dengan kenyataan yang berkelindan rumit sebagai asal-usul imajinernya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun