Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Revolusi Pramuka: Dari Tenda Lapangan ke Garda Pangan, Bisnis, dan Literasi Digital

14 Agustus 2025   14:27 Diperbarui: 14 Agustus 2025   14:28 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekskul Pramuka tetap jadi pilihan utama di Sekolah. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari)

Hari ini, 14 Agustus, Gerakan Pramuka genap berusia 64 tahun. Umur yang sudah matang, tapi justru diuji oleh tantangan zaman yang serba digital dan instan. Dari barisan upacara hingga layar TikTok, dari ikrar Satya Darma hingga garda pangan dan wirausaha, apakah Pramuka siap melompat ke masa depan?

Bagi sebagian orang, Pramuka dianggap mulai kehilangan relevansi, seragam cokelat hanya jadi kostum upacara, tepuk semangat sekadar formalitas. Ada yang menilai, di tengah gempuran gadget dan game online, anak-anak lebih tertarik jadi streamer ketimbang mengikuti perkemahan. 

Tapi kenyataannya, Gerakan Pramuka sedang menyiapkan gebrakan baru: dari lapangan upacara ke lahan pangan, dari simpul tali ke simpul jejaring digital, hingga melahirkan wirausaha muda yang siap menantang dominasi pasar.

Tantangan dan Kendala: Menjaga Api di Tengah Hujan

Sebelum bicara visi 2045, kita harus jujur: implementasi pembaruan Pramuka tidak semudah menyanyikan “Hymne Satya Darma Pramuka”.

Beberapa kendala nyata di lapangan antara lain:

  1. Minat generasi Z yang menurun, banyak siswa menganggap kegiatan Pramuka terlalu kaku dan tidak relevan dengan kebutuhan mereka.
  2. Kurangnya sumber daya pembina terlatih, masih ada pembina yang belum menguasai keterampilan digital, padahal kurikulum baru menuntut adaptasi teknologi.
  3. Pendanaan dan fasilitas terbatas, program pertanian dan kewirausahaan sering kali berhenti di tahap wacana karena tidak ada modal atau akses lahan.
  4. Citra “old school”, di media sosial, Pramuka jarang tampil dengan konten segar yang bisa menyaingi tren TikTok atau Instagram.

Tantangan di level sekolah: 

  1. Jadwal yang bentrok
    Kegiatan Pramuka sering bersinggungan dengan les, kursus, atau ekskul lain yang dianggap lebih penting untuk nilai akademik.

  2. Materi kurang menarik
    Terlalu fokus pada hafalan atau keterampilan yang jarang dipakai di kehidupan sehari-hari membuat sebagian siswa kehilangan minat.

  3. Kurangnya sentuhan teknologi
    Generasi Z terbiasa dengan pembelajaran visual, interaktif, dan digital. Sesuatu yang masih jarang muncul di kegiatan Pramuka.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun